Mohon tunggu...
Arif RahmatTriasa
Arif RahmatTriasa Mohon Tunggu... Editor - Islamic Studies (Concentration in Islamic Educational Psychology)

Aktivis Cinta dan Pluralisme

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aspek Feminin dalam Pandangan Tasawuf

31 Mei 2020   20:36 Diperbarui: 31 Mei 2020   20:33 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam tradisi dan pemikiran keislaman dikenal ajaran tasawuf. Tasawuf, atau dalam istilah orientalis sufisme, merupakan pandangan mistisisme dalam Islam yang mempelajari tentang cara bagaimana seorang muslim mendekati Tuhan. 

Pandangan misitisisme berarti mengakui adanya sesuatu yang mengandung kemisteriusan yang tidak bisa dipahami oleh pengetahuan biasa atau usaha intelektual, atau bisa diartikan sebagai arus besar spiritual yang membawa manusia kepada kesadaran terhadap realitas Tunggal, yang mungkin bisa disebut kearifan, cahaya, dan cinta, dan mencapai terhadap pemahaman itu membutuhkan kebijaksanaan hati, karena pengalaman spiritual tidak dapat dijelaskan dengan pemikiran rasional.

Tasawuf merupakan bagian dalam kajian Islam dan tidak bisa dipisahkan dengan kajian Islam yang lain yaitu tauhid dan fikih. Jika pembahasan dalam tauhid permasalahan akidah, kemudian fikih permasalahan syariah, maka tasawuf mengkaji hal-hal yang bersifat bahtin, yang meyangkut persoalan perasaan, dan ruhani (hubungan dengan Allah). 

Dan juga Tasawuf berarti ajaran spiritual yang mengajarkan seseorang menjalani cara-cara mendisplikan jiwa, ikhtiar dalam mengendalikan dan menekan keinginan ragawinya. Dengan memulai perjalanan dengan pertotabatan, kemudian melaksanakan thariqat (jalan membersihkan diri), yang merupakan epistemologi dalam memperoleh pengetahuan mistik.

Secara umum, tasawuf dikhlasifikasikan kepada tiga jenis yaitu: 1) akhlaqi membahas tentang kesempurnaan jiwa melalui perbaikan akhlak dan budi pekerti, 2) falsafi membahas visi mistis tasawuf dalam pemikiran rasionalitas dan dijelaskan melalui terminology, 3) amali membahas tentang panduan bagi pelaku tasawuf melalui thariqat.

Dapat dikatakan bahwa tujuan tasawuf adalah mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan dengan jalan mensucikan jiwa, yang disebut dengan Tadzkiyatun Nafs. 

Sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dalam al-Qur'an: "Sungguh, bahagialah orang yang menyucikan jiwanya" (91: 9), Sungguh, "hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku" (89: 28-30), dan juga jalan berserah diri kepada Allah SWT: "Katakanlah, Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tema menyerahkan diri (kepada) Allah." (6: 162). Maka, Tasawuf lebih mementingkan karakteristik jiwa manusia dengan cara menyucikan jiwa.

Manusia adalah makhluk yang memiliki sisi maskulin dan feminin dalam dirinya, yang secara lahirian maskulin dianggap sebagai laki-laki, dan feminin dianggap sebagai perempuan. 

Perdebatan tentang fungsi dan peran antara keduanya semestinya tidak perlu diperdebatkan, karena potensi kedekatan diri manusia dengan Tuhan tidak melihat kepada gender (jenis kelamin sosial), yang dalam pandangan tasawuf syarat kedekatan adalah penyucian jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. 

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (49: 13). Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kualitas sejati di sisi Allah SWT. adalah mengaktifkan kualitas maskulin dan feminin. Sikap ini akan melahirkan kesejukan, ketenangan dan kedamaian dalam kehidupan.

Orang-orang sering mengidentifikasikan diri dan menekankan aspek maskulin dalam sifat-sifat Tuhan, kecendrungannya mendominasi rasa aktif, progresif, kuasa, independen, jauh dan dominan, menyebabkan Tuhan lebih menonjol ditakuti daripada dicintai yang merupakan implikasi dari sikap pasrah, berserah diri, dekat, kasih dan pemelihara, sehingga manusia merasakan Tuhan secara imanen dan dekat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun