Gila! Itu yang ada di kepala saya saat membaca seorang kawan di sebuah komunitas penulis Kompasiana (Inspirasiana Kita) bisa menulis novel dalam waktu hanya sebulan. Adalah Acek Rudy si penulis itu. Kok bisa ya? Genre novelnya horor pula!
Dilalah beberapa bulan setelah itu, saat saya bergabung dengan komunitas penulis lain dari penerbit Elfa Mediatama, kok ya muncul Program 30 DNS_ Elfa Mediatama - menulis novel dalam waktu 30 hari. Kok ya bisa begini sih? Pikir saya.
Tanpa pikir panjang, saya pun segera mendaftar sebagai peserta. Joss ... bayar biaya kepesertaan sesegera mungkin untuk memastikan dapat 'kursi di kelas'. Padahal saya baru kenal komunitas dan penerbit Elfa ini. Tapi, saya percaya dengan sahabat saya Yudiati Kuniko yang merekomendasikan.
Toh saya memang sudah suka dengan gaya penerbit Elfa ini karena cerpen saya pun sudah diterbitkan terlebih dahulu bersama 30 penulis lain dalam Buku Antologi Cerpen berjudul Cerita tentang Dia : Yang Terlupakan.
Kelas materi pun dimulai selama empat kali pertemuan dalam bentuk 'kelas WA Group'. Selain Naomi Kanaya yang sudah jadi PJ (Penanggungjawab sekaligus mentor) dalam buku antologi cerpen, kami para 'murid' juga berkenalan dengan satu mentor lagi yang berprofesi sebagai GW (Ghost Writer) - saya tidak bisa mention namanya ... namanya juga ghost kan, ya ghoib, hehe.
Di kelas itu, saya mendapatkan banyak ilmu yang selama ini saya pikir saya sudah menguasai. Mulai soal penulisan kalimat, ejaan, kerangka karangan, hingga logika bercerita - khususnya untuk sebuah novel. Plus ilmu-ilmu baru seperti menulis blurb (teaser), bagan kerangka karangan yang terbagi dalam 3 aksi. Intinya, saya bersyukur banget berada di kelas tersebut.
Saat mulai menulis per hari satu bab sebanyak minimal 1000 kata, awalnya saya enggak percaya bisa melakukan. Tapi, ternyata bisa loh saya! Tapi, dengan tertatih-tatih! Haha. Wong, nulis cerpen aja yang hanya 500 - 800 kata saya baru tuntas 2-3 hari, ini harus dalam satu hari minimal 1000 kata! Modyyar!!!
Yang enggak kalah bikin modyar adalah ketika saya harus mengatur ritme emosi naskah novel saya. Bagian yang ini mengejutkan sekali. Karena saya sendiri terkocok oleh emosi di dalam cerita saya sendiri. Kapan cerita harus dibuat sedih, kapan dibuat melandai, kapan harus bikin kesel pembaca, dan lain-lain. Haha, emosi saya seperti rooler coaster jadinya.
Akhirnya pada 26 Juli lalu, tepat 30 hari, saya berhasil menuntaskan 28 bab draft novel perdana saya yang saya beri judul HAMPARAN CINTA DI ATAS SAJADAH. Ya, memang masih draft. Karena saat ini saya masih harus mengecek ulang alur logika cerita, swa-sunting dan hal lain sebagai pelengap sebuah novel pada umumnya.Â
Untuk jadi sebuah draft ini saja saya sudah bersyukur amat-sangat. Karena menulis sebuah buku dan/atau novel atas nama saya sendiri adalah cita-cita saya sejak lama. Namun, saat menetapkan cita-cita itu dulu saya tidak pernah kepikiran sama sekali menuntaskannya dalam waktu 30 hari! Seorang teman berseloroh kepada saya, "Memang harus dijorokin dulu sih!".