Rasanya terlalu dini melontarkan pertanyaan ini dalam dua hingga tiga tahun mendatang. Tapi, memang sudah banyak yang bertanya-tanya. Munculnya pertanyaan itu pun sejatinya adalah gambaran para penggemar Vale sendiri yang rindu dengan The Doctor (julukan Vale).
Kenapa terlalu dini? Karena, sosok Vale terlalu besar untuk dikejar reputasinya (setidaknya untuk saat ini). Bayangkan, tujuh kali juara dunia MotoGP kelas utama yang nyaris berturut-turut sejak 2000 - 2009 (hanya di 2007 yang 'lolos').
Ketika Jorge Lorenzo muncul dan masuk satu tim  Yamaha dengan Vale, tak sedikit orang yang menganggap Lorenzo akan menjadi the Next Rossi. Gaya balapnya pun cukup 'cerdas' seperti The Doctor. Sayangnya, ia hanya mampu tiga kali menjuarai MotoGP kelas utama 500 cc (2010, 2012 dan 2015). Ia mundur sebagai rider pun dalam kondisi yang tak menyenangkan setelah cedera dengan motor pabrikan Aprilia (sebelumnya ia sempat pindah ke Honda). Â
Lalu muncul Marc Marquez, si Baby Alien, yang berhasil menjuarai kelas 500 cc enam kali (2013, 2014, 2015, 2017, 2018 dan 2019). Langkah juaranya terhenti saat di 2000 dan 2021 ketika ia jatuh dan cedera cukup parah.
Padahal Marquez berhasil 'menciptakan' gaya menikung yang cukup ekstrim derajat kemiringannya yang belum pernah dilakukan oleh pembalap lain. Bahkan banyak pengamat bilang gaya kemiringan Marquez amat berbahaya dilakukan selain oleh Marquez sendiri.
Bahkan, juga, Marquez-lah yang membuat Rossi seperti tak berdaya sejak 2013. Banyak duel keduanya yang membuat race MotoGP menjadi tontonan yang amat menegangkan, tapi mengasyikan. Hingga puncaknya mereka pernah terlibat insiden senggolan di Sirkuit Sepang, Malaysia pada 2015 yang membuat Rossi dihukum pengurangan poin.
Saya pun menilai Marquez anak muda yang terlalu nekat gaya racing-nya, tepatnya kurang elegan. Tak se-elegan gaya Rossi. Uniknya, Marquez adalah fans berat Rossi, bahkan ia pernah berfoto dengan The Doctor saat ia masih belum berlaga di Moto2.
Dalam dua tahun belakangan (era pandemi) pamor Marquez sepertinya agak meredup seiring cedera yang ia derita dan bermunculannya beberapa rider lain yang mulai unjuk gigi seperti Maverick Vinnales dan Pol Espargaro. Bahkan di 2022 ini muncul nama-nama Francesco (Pecco) Bagnaia (anak didik langsung Rossi) atau Enea 'The Beast' Bastianini (yang digadang-gadang miliki kemiripan gaya riding Rossi) -- yang baru saja menjuarai race di Losail, Doha, Qatar, sebagai pembuka MotoGP 2022.
Dari sekian nama itu, si Baby Alien masih kandidat terkuat sih. Beberapa prestasi sudah ia ukir. Mulai dari pembalap termuda yang naik podium (pada 2008 pada usia 15 tahun 56 hari) hingga juara termuda sepanjang sejarah MotoGP. Sejak menjadi juara di Sirkuit Sachsenring, Jerman, pada 2021 lalu disebut sebagai kebangkitannya kembali. Kemenangan itu merupakan raihan 11 kali berturut-turut di sirkuit tersebut, sehingga kemenangan itu amat berarti setelah ia cedera. Bahkan, manajer tim Repsol Honda, Alberto Puig, menilai gaya Marquez lebih kalem dan cerdas di Losail, Qatar, 6 Maret lalu.
Sekarang kita tunggu saja, apakah 2022 ini betul-betul menjadi kebangkitan The Baby Alien untuk melampaui rekor Rossi dan menjadi The Next Valentino Rossi. Kata 'melampaui' mungkin terlalu berlebihan ya. Karena Rossi punya gaya yang memang tidak (susah) disamai oleh pembalap lain. Tapi, dengan usia saat ini masih terbuka peluang besar Marquez bisa lampaui rekor Rossi.