Kok bisa petaka? Ya, bintang satu bagi para driver ojol atau taxol (taxi online) adalah petaka. Kalau ada penumpang yang setelah turun dari kendaraan yang ia order, lalu ia kasih penilaian Bintang Satu, artinya ia akan mendapatkan 'hukuman' dari kantor pusatnya.
Hukumannya bisa berupa satu hari ia tidak dapat orderan atau ranking-nya turun atau yang lain. Begitulah nasib mereka. Tergantung dari bintang yang akan kita -- sebagai penumpang -- berikan saat selesai menggunakan jasa mereka.
Upps ... iya iya ... sabarr .. sabaarrr. Saya paham Anda mungkin sudah tidak sabar akan berkomentar, "Ya salah sendiri ... driver-nya o'on ... " Atau Anda pernah mengalami hal yang tidak senonoh oleh para pengemudi ojol atau taxol. Iya, saya paham. Anda betul. Saya juga pernah mengalami, kok, hehe.
Yang saya maksudkan di sini adalah kalau ... bila ... driver-nya tidak salah. Bila ... hmmm ... begini aja deh, saya akan kisahkan satu cerita yang terlontar dari mas-mas yang menjadi driver taxol yang saya tumpangi beberapa hari lalu.
Awalnya bukan saya yang minta ia bercerita. Bukan juga ia yang tiba-tiba curhat ke saya. Bukan, bukan keduanya. Ia bercerita saat ia mengaku senang bertemu saya sebagai penumpang yang paham jalan ke tujuan.
"Pernah ada penumpang ibu-ibu, saya sudah tanya apakah beliau mau lewat tol atau tidak. Saya bilang ke dia menurut petunjuk di peta aplikasi ada saran untuk lewat tol untuk menghemat waktu," tutur si mas Bram (bukan nama sebenernya -- ciyee kayak di berita-berita ya? Haha) mengawali kisah Bintang-Satunya.
Tapi, Bram melanjutkan, "Si Ibu keukeuh nggak mau lewat tol. Jadi, saya ikuti aja. Dan benar, bang, perjalanan di luar tol macet. Akhirnya durasi perjalanan harusnya hanya 1 jam, menjadi 2,5 jam. Tapi, ya gitu ... si ibu tetep menyalahkan saya. Gara-gara mas nih saya jadi telat, kata si ibu."
Singkat cerita, saat si ibu turun, ia langsung kasih nilai Bintang Satu dengan komen ; supirnya bloon, tidak tahu jalan. "Di aplikasi saya langsung dapat notifikasi bahwa performa saya turun," kisah Bram. "Begitulah bang nasib kami. Kita tidak mendapatkan kesempatan untuk bela diri. Kalau mau kasih penjelasan ke kantor pusat akan makan waktu seharian. Yaa ... mending saya narik deh. Pasrah saya, hehe ... "
Lalu saya tanya ke Bram jalur si ibu dari mana ke mana. "Dari Sentul ke Jalan Sudirman, bang," jawab Bram. Alamaaakkk!!! Rasanya nggak mungkin memang lewat jalan biasa untuk jalur sejauh itu, saya membathin. Lalu saya juga berpikir, apakah kantor pusat taxol itu tidak punya teknologi di aplikasinya yang bisa mengidentifikasi bahwa kesalahan bukan pada driver dengan review jalur yang diambil.
Hal ini saya sempat tanyakan juga ke Bram. Ia menjawab, "Ribet, bang. Kita harus punya bukti rekaman gambar atau suara. Belum tentu penumpang senang kan kalau kita rekam suara atau gambar?" kata Bram.
Nah teman-teman, saya mau berpesan ke diri saya sendiri dan juga untuk teman-teman yang lain (yang berkenan saja tentunya -- kalau tidak berkenan ya abaikan saja tulisan ini), bijaklah dalam memberi penilaian di aplikasi ojol atau taxol. Kalau mereka tidak berbuat salah, berilah nilai yang wajar atau paling gampang ya Bintang Lima.