Mohon tunggu...
Arif Yudistira
Arif Yudistira Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Suka Ngopi, dan jalan-jalan heppy.

Selanjutnya

Tutup

Book

Islam dan Pendidikan Seksualitas

30 April 2024   22:45 Diperbarui: 30 April 2024   22:47 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul Buku : Seksualitas dan Interaksi, Pendidikan dari Perspektif Al-quran dan Sunnah
Penulis : Quraish Shihab
 Tahun : Juli 2023
Penerbit : Lentera Hati
Halaman: 268 Halaman
ISBN: 978-623-5375-16-8

Di Indonesia, pendidikan seks masih dianggap tabu. Orangtua khawatir jika pendidikan seks diajarkan melalui sekolah, makin banyak remaja terjerumus pada sek bebas. Banyak yang salah kaprah memahami pendidikan seks, pendidikan seks diartikan sebagai---mengajarkan seks bebas, padahal tidak demikian. Sejatinya, pendidikan seks bertujuan mulia. Pendidikan seks adalah upaya untuk menempatkan seks sebagai yang suci, yang agung. Agama tidak menghilangkan atau menafikkan nafsu, justru dengan pendidikan seks yang benar, manusia diharapkan terjaga dari nafsu.
Di Indonesia, kasus kekerasan seksual semakin marak. Kekerasan seksual kini tidak hanya mengarah pada kaum dewasa tetapi juga anak-anak. Kekerasan seksual juga terjadi di lembaga pendidikan berbasis agama yang menipu dan mengelabui gadis muda dengan berkedok agama. Bagaimana sejatinya pendidikan seks menurut kaca mata agama? Sejauh mana batas penerapan pendidikan seks dalam Islam? Semua pertanyaan itu akan dijawab oleh Quraish Shihab dalam buku Seksualitas dan Interaksi (2023).
Pendidikan seks menurut Quraish Shihab teramat penting, karena kondisi saat ini menuntut adanya pendidikan tersebut demi mencegah terjadinya pelanggaran agama dan kebobrokan moral bahkan kehancuran masyarakat (h.21). Maraknya kekerasan seksual dan penyimpangan seksual yang terjadi saat ini berbahaya bagi fitrah manusia serta masyarakat. Agama memberikan wejangan kepada kita agar menaati batas-batas hubungan dan soal seksualitas. 

Dengan agama, kita diberi petunjuk dan tuntunan agar memandang persoalan seksualitas bukan sekadar hubungan fisik semata, tanpa hubungan ruhani. Dalam Islam, kerusakan moral dan penyimpangan seksual dapat menghancurkan masyarakat dan mempercepat kiamat. Dalam hadist Nabi riwayat Al-Hakim diterangkan, tidak akan terjadi hari kiamat sampai mereka (pendurhaka) melakukan hubungan sebadan di jalan seperti halnya keledai-keledai" (h.57).

Tuntunan dan Batas

Ulama dan juga mufasir Quraish Shihab dalam buku Seksualitas dan Interaksi (2023) memaparkan dengan rinci bagaimana agama menuntun kita pada pendidikan sek yang benar. Pendidikan seks dipandang sebagai kesatuan antara hubungan personal sampai dengan hubungan antar manusia setelah menikah hingga manusia memiliki putera atau momongan. 

Itulah mengapa hubungan seks yang dilakukan sebelum menikah ikut berdampak pada anak atau keturunan yang dihasilkan. Hubungan seks yang haram akan merusak psikis calon ibu dari jabang bayi yang dikandungnya. Sejak dari mengandung sampai pernikahan, agama menuntun kita untuk mengajarkan hal baik kepada anak, diberi nama, sampai dengan diajari ajaran bijak dan ibadah serta menjaga hubungan yang baik sesama manusia.
Pendidikan seks pertama kali bukan kewajiban atau tergantung dari sekolah dan lembaga pendidikan, pendidikan seks pertama adalah tanggungjawab keluarga. Dari keluargalah kita dididik untuk mengenali organ sekual kita dengan baik beserta cara memuliakannya. Pendidikan seksualitas yang gagal dari dalam (keluarga) akan membawa anak pada cara pandang yang salah saat memahami seksualitas yang benar. 

Selain faktor lingkungan dan pendidikan, keluarga tetap memegang peranan penting dalam pendidikan seksualitas.
Pada saat remaja, kita membutuhkan pendidikan seksual yang diajarkan secara bijak dan arif. Kesalahan orangtua yang mendidik anaknya dengan keras dan otoriter justru membawa anak pada orang lain saat mereka merasa butuh pengetahuan tentang seksualitas dari keluarga terdekat. Untuk memberikan pendidikan seksual yang optimal dan benar, agama menuntun orangtua agar tidak menutup dialog dan rasa ingin tahu. Jangan sampai anak (remaja) mendapatkan pengetahuan tentang seksualitas justru dari orang lain, atau teknologi sebelum orangtua atau keluarga memberikan informasi dan pengetahuan tentang seks.
Pesatnya perkembangan teknologi turut serta membawa pada perubahan seksual anak-anak kita. Pengaruh media sosial dan juga internet membawa mereka mengenal adegan seksualitas dan mengalami masa puber lebih dini. Pengaruh internet yang menampakkan gambar, adegan seksual tanpa pengawasan orangtua bisa berakibat negative terhadap perkembangan seksualitas anak.
Sikap tertutup anak terhadap pengetahuan tentang seksualitas ini membawa anak menyimpan sendiri serta membawa keputusan sendiri mengenai perkembangan seksualitasnya. 

Sikap tumbuh dan berkembangnya seksualitas tanpa pengawasan dan panduan ini berbahaya bagi perkembangan remaja kita. Anggapan dan kehati-hatian kita terhadap bahaya seks bebas tanpa pendidikan seksualitas yang tepat justru menjadi boomerang bagi orangtua dan masa depan anaknya.

Agung

Agama memandang seksualitas sebagai hal yang suci, agung. Quraish Shihab menulis, "dalam pernikahan, kehormatan tidak hanya milik pasangan, milik keluarga, milik masyarakat, bahkan milik Tuhan. Sehingga yang ingin menyandang kehormatan itu harus terlebih dahulu menempuh jalan yang ditetapkan Tuhan sembari memperhatikan budaya masyarakatnya (h.169). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun