Tugas seorang guru kata Ki Hajar Dewantara adalah menuntun anak menggapai sikap merdeka yang sesuai cipta, rasa dan karsanya. Anak tetap harus memiliki sifat "mardika", artinya anak diberi kebebasan dalam bertindak, berpikir dan berkarya. Mereka anak-anak harus mencapai kemerdekaan jiwanya, sementara guru hanya mendampingi, membimbing untuk mencapainya.
Guru saat ini dihadapkan pada satu realitas dan tantangan yang berat. Mereka dihadapkan pada anak-anak yang secara lahir dan batin membutuhkan lebih banyak waktu dengan orangtuanya. Namun seiring dengan berkembangnya zaman, banyak orangtua Ayah atau Ibu dituntut untuk bekerja di ruang publik karena tuntutan kebutuhan dan tuntutan zaman.
Era sekarang bukan lagi eranya Kartini di masa lampau, era sekarang adalah era perempuan bermigrasi ke ruang publik. Emansipasi yang disuarakan Kartini pada waktu itu benar-benar terwujud saat ini. Banyak ragam profesi saat ini dipegang oleh perempuan/ibu.
Pasrah Pada Sekolah Â
pendidikan dianggap sebagai solusi dari problem pengasuhan modern. Sekolah dianggap sebagai tempat atau lembaga terpercaya dalam mendidik anak-anak kita sekarang. Guru dituntut untuk mengawasi, mendidik dan membimbing selama kurang lebih delapan jam di sekolah. Selama ayah atau ibu kerja, selama itu pula diharapkan anak-anak terjaga kondisinya, sehat fisiknya dan riang gembira jiwanya. Itulah mengapa sekolah-sekolah penuh hari dianggap sebagai solusi praktis bagi persoalan pendidikan dan pengasuhan modern.
Sekolah sebagai lembagaSekolah full day memang dikenal sebagai sekolah yang dianggap satu paket komplit. Secara jajan atau snack anak terjaga, pengawasan anak nyaman, sehingga orangtua tenang, dan juga layanan pendidikan yang maksimal.
Dampak buruknya, orangtua sering abai terhadap perkembangan dan juga pertumbuhan intelektual maupun kepribadian anak. Mereka orangtua sering menuntut guru dan sekolah banyak hal dalam pelayanan anaknya karena merasa telah membayar mahal ke sekolah. Kurangnya pengawasan, kurang optimalnya pembelajaran justru ditimpakan kepada sekolah sepenuhnya. Padahal, komitmen pendidikan, pengajaran, dan tanggungjawab seorang anak terletak pada sekolah dan juga orangtua.
Tri Sentra
Ki Hajar Dewantara pernah menulis tentang pentingnya Tri Sentra Pendidikan, "Di dalam hidupnya anak-anak ada tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya, yaitu alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda."
Dalam konsep pendidikan anak, keberhasilan pendidikan tidak bisa dilepaskan dari tiga pihak yakni keluarga, sekolah dan masyarakat. Seberapa canggih pendidikan kita di keluarga dan sekolah, kalau masyarakatnya mempengaruhi terhadap perilaku buruk anak maka pendidikan pun menjadi kurang lengkap.