Era sekarang adalah era teknologi. Teknologi seperti tak bisa lepas dari manusia. Ponsel pintar seperti menjadi kebutuhan pokok bagi keluarga kita. Dengan ponsel pintar dan beragam fiturnya itulah kita menjadi dimudahkan dalam berbagai urusan. Fitur yang lebih lengkap dapat membantu kita dalam berbagai aspek.
Tidak hanya urusan referensi belanja maupun aplikasi internet banking, urusan taksi online, belanja online sampai membayar listrik di rumah pun bisa melalui aplikasi. Semua kehidupan kita saat ini mengalami migrasi dari yang serba offline menjadi online.
Perubahan atau pergeseran dari offline ke online ini tidak hanya terjadi dalam sektor ekonomi dan bisnis, sektor pendidikan dan pengasuhan pun turut terpengaruh oleh perubahan ini.
Kementrian PPPA merilis data anak yang tidak mendapatkan hak pengasuhan dengan baik. Di Indonesia, 4 dari 100 anak usia dini pernah mendapatkan pengasuhan tidak layak (Profil Anak Usia Dini, 2021). Secara presentasi, anak usia dini yang mendapatkan pengasuhan tidak layak yaitu 3,64% di tahun 2020. Sementara berdasarkan survey sosial ekonomi nasional (SUSENAS) Modul Sosial Budaya Pendidikan (MSBP 2021 masih ada 3,69 % balita belum mendapatkan pengasuhan yang layak (tribunnews.com).
Pengasuhan yang layak mempengaruhi tumbuh kembang anak secara maksimal. Pengasuhan yang tidak layak atau tidak optimal juga turut serta mempengaruhi perkembangan anak kita.
Dewan Laksamana Putra (2020) menulis tentang pengaruh gaya pengasuhan. Dalam penelitian Baumrind (1967) berjudul Child care practices anteceding three patterns of preschool behavior menunjukkan bahwa adanya perbedaan gaya asuh yang diberikan oleh caregivers-lah yang menyebabkan perilaku dan sifat anak-anak pra sekolah tersebut. Dalam penelitian tersebut Baumrind merumuskan tiga jenis pola atau gaya asuh. Enam belas tahun setelahnya, Maccoby & Martin (1983) mengembangkannya. Kedua ilmuwan ini akhirnya membagi empat gaya asuh. Pertama, gaya asuh otoritatif. Dalam gaya asuh ini, orangtua menekankan pada berimbangnya antara kontrol dan komunikasi dua arah. Kedua, gaya asuh otoriter. Dalam gaya asuh ini, kontrol lebih dominan. Ketiga, gaya asuh permisif. Pada model ini orangtua lebih banyak terlibat, hadir dan bertanggungjawab dan meminimalisir kontrol. Keempat, uninvolved-neglectful. Dalam gaya asuh ini, orangtua memberikan sedikit kehangatan dan sedikit kepedulian.
TeknologiÂ
Perkembangan teknologi saat ini turut serta mempengaruhi dalam pola atau gaya asuh mereka terhadap anaknya. Hadirnya teknologi, tanpa disadari merubah atau mengurangi secara drastis momen kehangatan, kepedulian dan keterlibatan orangtau dalam mendidik anaknya.
Kesibukan orangtua dan anak yang lebih sering tidak terhubung satu sama lain mengakibatkan anak mengalami kekurangan kehangatan dan kepedulian. Anak-anak dibiarkan bermain sendiri, tanpa tegur sapa dari orangtua. Terlebih dengan hadirnya ponsel pintar, anak-anak lebih suka main game, menonton tontonan yang tidak terkontrol dan membawanya pada beragam kerugian.