Mohon tunggu...
Arif Yudistira
Arif Yudistira Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Suka Ngopi, dan jalan-jalan heppy.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Seorang Guru

8 Juni 2023   14:51 Diperbarui: 8 Juni 2023   14:55 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru, Sumber Istock.com 

Diantara seantero profesi lainnya, guru dianggap sebagai profesi mulia. Pekerjaannya selalu berhubungan dengan ihwal mendidik dan membentuk karakter murid (manusia). Kesehariannya dihabiskan dengan perkara dan hal-hal berkait pikiran "bagaimana mengurusi watak" anak. Bagaimana menyikapi anak yang tidak menurut di dalam kelas. Dan aneka soal muridnya baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Seorang guru ibarat orangtua anak di sekolah. Segala laporan, problem dan juga keluh kesah murid ditumpahkan ke guru. Seorang murid saya pernah berseloroh "Ustaz itu bapak kedua andi". Memang demikianlah guru itu ia memiliki peranan yang sangat vital dalam urusan membentuk, mengurusi dan menginspirasi muridnya.

Baik buruk, maju mundurnya mereka (sang murid) amat sangat dipengaruhi oleh guru. Ada pengakuan menarik yang patut disimak mengenai peran guru yang amat besar yang amat membekas di benak Prof. Karlina Supelli. Prof Karlina Supeli mengisahkan bagaimana guru matematikanya menghukum dirinya untuk ke perpustakaan dan membaca buku sastra. Karlina menyadari ia sangat senang dengan hukuman gurunya kelak.

Gurunya sadar bahwa ia menyukai ipa dan juga eksak, tetapi gurunya sadar bahwa sastra sangat penting menghaluskan jiwa. Menfaat itu dirasakan Karlina hingga ia menjadi seorang ilmuwan mumpuni di Indonesia. Betapa besar peran guru yang akhirnya membentuk diri murid hingga ia dewasa. Kenangan yang membekas itulah yang diingat dari seorang guru.

Soal Guru

Profesi guru itu berbeda dengan profesi lain. Pekerjaan lain terbatas pada urusan mendapatkan bayaran. Kewajibannya sangat amat terbatas pada satu aspek semata.

Guru memiliki kewajiban yang amat banyak. Keluhan, masalah dan juga problem sekecil apapun pada anak guru turut serta dituntut dan diseret tanggungjawabnya. Sebab tanggungjawab guru memang tidak terbatas di sekolah namun juga di rumah. Dalam lingkup internal, guru juga masih memiliki pelbagai soal. Soal guru tidak terbatas pada urusan anak atau muridnya di rumah. Guru juga mengalami soal internal dan rumah tangga mereka.

Guru-guru di Indonesia, sampai kini masih belum sejahtera. Dalam buku Gilbert Highet (1957) bertajuk Seni Mendidik I mengatakan" kesukaran utama dari para guru adalah kemiskinan." Banyak survey menganalisa bahwa kaum milenial akan semakin susah memiliki rumah. Terlebih milenial yang memilih profesi sebagai seorang guru.

Kebutuhan rumah tangga yang semakin meningkat, harga-harga yang melambung tinggi dan semakin banyaknya kebutuhan rumah tangga guru belum diimbangi dengan pendapatan atau gaji yang tinggi.

Pemerintah saat ini juga belum mampu menyelesaikan soal pendapatan guru. Carut marut perekrutan guru sebenarnya bisa ditinjau dari soal beratnya beban anggaran yang dikeluarkan pemerintah ihwal memenuhi kewajibannya mensejahterakan guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun