Mohon tunggu...
Arif Yudistira
Arif Yudistira Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Suka Ngopi, dan jalan-jalan heppy.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah dan Kebahagiaan

29 Mei 2023   15:24 Diperbarui: 29 Mei 2023   15:27 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apa dampak yang bisa kita lihat bila anak-anak kita diberi keleluasaan, kebebasan, dan juga kemerdekaan dalam berpikir dan belajar? Mereka akan terbang, mereka akan menjelajahi cakrawala, mereka belajar resiko, mereka belajar konsekuensi, tanggungjawab dan juga menunjukkan kehebatan mereka sebagai seorang manusia.

Sebaliknya bila kita sering menganggap murid sebagai objek, maka kita akan melihat penelitian dari John Holt (2010). Ia menulis, "sangat sedikit dari hal-hal yang diajarkan di sekolah itu benar-benar dipelajari, sangat sedikit hal yang dipelajari itu akan diingat, dan sangat sedikit yang diingat itu akan digunakan. Hal -hal yang kita pelajari, ingat, dan gunakan adalah hal-hal yang kit acari atau temukan dalam hidup keseharian kita di luar sekolah."

Keseharian di luar sekolah yang lebih bebas, lebih mendidik dan lebih menyenangkan bagi anak itulah yang akan diingat bila kita tidak menciptakan lingkungan sekolah yang mengutamakan dan menghargai proses.

Pendidikan yang memuliakan anak, menghargai setiap proses mereka, tidak selalu identik dengan score dan penghakiman tentu akan lebih diminati.

Selama ini pendidikan adalah proses akumulasi dari kapital peringkat, predikat dan juga prestasi yang diperoleh. Pendidikan bukan semata menyentuh aspek intelektuil semata, tetapi harus menyentuh pada aspek holistic termasuk psikomotorik dan afektif.

Paulo Freire memberikan penjelasan sederhana mengenai konsep ideal tentang pendidikan di sekolah. " Praktek pendidikan itu harus melakukan segala sesuatu untuk menjamin suasana dalam ruang kelas dimana mengajar, belajar, melakukan studi merupakan tindak-tindak yang bersungguh-sungguh, tetapi juga tindak-tindak yang mendatangkan kebahagiaan."

Responsif dan Kritis 

Pendidikan yang mendatangkan kebahagiaan adalah pendidikan yang responsif terhadap masalah murid. Pengajaran dan pedagogi di sekolah harus mendatangkan perubahan yang nyata dalam kehidupan di lingkungan sekolah.

Perhatian anak kepada lingkungannya, kepada sekolahnya, kepada ruang kelasnya yang menjadi tempat tumbuh dan proses belajar haruslah ada dan ditumbuhkan. 

Paulo Freire dalam bukunya Pedagogi Hati (2001) mengatakan "Perhatian harus diberikan kepada setiap detail ruang sekolah : Kesehatan dan hygiene, hiasan-hiasan dinding, kebersihan bangku atau meja , susunan meja guru, bahan-bahan pendidikan, buku-buku, majalah-majalah, surat-surat kabar, kamus-kamus, ensiklopedia-ensiklopedia, dan sedikit-demi sedikit pemakaian proyektor, video, fax, computer. Dengan menyatakan secara jelas bahwa ruang pendidikan itu berharga, penyelenggara dapat menuntut penghormatan semestinya kepada ruang pendidikan tersebut dari para siswa atau pembelajar." Lebih lanjut Freir mengatakan "tanpa hal itu, praktek pendidikan yang progresif menjadi merosot."

Proses pendidikan di sekolah mesti menciptakan kesadaran akan diri dan lingkungan. Tanpa kesadaran kritis dari murid, penghuni sekolah dan para pembelajar di lingkungan sekolah, sekolah hanya menjadi tempat untuk menyeru kepedulian tanpa praktek kepedulian itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun