Selama KKN in Campus di P3JPH, saya merasakan adanya perbedaan dan pengalaman baru yang saya dapatkan, apalagi saya merupakan mahasiswa yang biasanya belajar agama baik dari aspek lahir maupun batin. Kemungkinan terbesar saya lolos sebagai peserta KKN di P3JPH pun adalah sebuah keberuntungan. Karena pada bulan Mei ketika pendaftaran mulai dibuka, saya pun merasa bimbang antara pilih KKN reguler dan in Campus. Pertimbangan saya pada waktu itu bukan hanya lokasi ataupun biaya yang dikeluarkan, tapi yang tidak kalah penting adalah orang-orang yang telah menjadi langganan saya sebagai pengirim kue atau boleh dikatakan bos kue.Â
Mereka membantu saya menapaki karir yang semula hanya sebagai driver lalamove atau pengiriman barang secara online kemudian mengangkat saya sebagai orang yang dipercaya. sebuah keniscayaan, kalau saya harus menetap dan tidak mau mengecewakan orang-orang yang sudah royal dan loyal kepada saya. Hubungan simbiosis mutualisme ini harus tetap terjaga dan tidak boleh retak sedikitpun apapun halangannya.
Akhirnya pada saat pendaftaran saya memutuskan untuk mendaftarkan diri di kedua KKN tersebut. Apapun hasilnya akan saya terima, dan ini merupakan titik tawakal tertinggi dalam hidup saya karena saya tidak bisa menentukannya sedikitpun. Semuanya saya serahkan kepada Allah.
Kalau saya ikut KKN di desa, nanti pekerjaan saya berantakan. Tapi, kalau saya ambil KKN in campus, bagaimana nanti sistem kerjanya?" Pikiran saya campur aduk pada waktu itu. Suasana batin tidak karuan
Tiba-tiba ada bisikan dalam hati kecil yang mengatakan, "Pilihlah yang tidak mempersulit diri, yang tidak menutup pintu rezeki, dan yang tidak jauh dari orangtua, karena orangtua tanggung jawabmu."
Mendengar ucapan tersebut, langsung besar harapan dan doa saya untuk diterima di KKN in Campus. Karena meskipun kepala punya berbagai macam pandangan, tapi hati yang paling dalam atau ("Lubb" dalam dunia tasawuf) tidak pernah bohong, di sana tempat Allah bertajalli. Pertimbangan semacam di atas adalah sesuatu yang memang sedang saya alami. Bagaimana mungkin saya memprioritaskan keinginan sedangkan apa yang seharusnya saya prioritaskan malah saya abaikan. Hal tersebut tidak masuk akal sama sekali jika sampai terjadi.
Beberapa hari setelah penantian pengumuman KKN in Campus dibuka, saya sangat bangga dan merasakan betapa hebatnya rencana Allah jika kita menyerahkan urusan kepada-Nya. Rencana-Nya selalu mendatangkan angin kebahagian dan tidak pernah mengecewakan. Karena ketika saya baca notifikasi masuk ke Hp saya tiba-tiba muncul tulisan.
"Assalamu'alaikum, saya dari P3JPH ingin mengkonfirmasi pendaftaran KKN in Campus anda. Selamat anda dinyatakan lulus dan apakah anda bersedia untuk melanjutkan nya untuk bergabung  ke dalam Grup dibawah ini."Â
Membaca tulisan seperti itu, tiba-tiba sontak saja hati saya merasa sangat bersyukur sekali kepada Allah, seraya mengatakan, Â "Alhamdulillah ya Allah." ucapku sambil meneteskan air mata.
Satu langkah sudah ditentukan, artinya benar apa yang terkandung dalam ayat Allah pada surat al-Insyirah. "Sungguh dibalik kesulitan ada kemudahan" dan ayat ini Allah ulang dua kali. Memang pada dasarnya Allah tidak berjanji akan membuat hidup hambanya mudah. tapi Allah itu ingin tahu sejauh mana ikhtiar hambanya sehingga setelah full batas ikhtiarnya, kemudian Allah ingin melihat seberapa besar tawakalnya. Disinilah hikmah yang saya dapatkan secara langsung dari ayat tersebut.
Setelah selesai urusan pendaftaran, tiba saatnya di bulan juni ketika saya harus bertemu dengan teman-teman baru yang tidak saya kenal asalnya kecuali Uzlifatul Jannah atau biasa dipanggil "Uu" kebetulan karena dia teman satu jurusan Ilmu Tasawuf. Pelajaran demi pelajaran saya dapatkan, begitu banyak karakter orang yang saya temui, tapi hal tersebut saya anggap sebagai anugerah. Karena dalam perbedaan itu Tuhan hadir, sebab sejatinya semua makhluk yang berbeda bentuknya maupun sifatnya merupakan manifestasi dari asma dan sifat Allah.
Gazebo depan Taman FITK menjadi saksi bisu pertemuan antara saya dan teman-teman baru yang saya miliki. Seperti biasa saya datang selalu lebih dulu, meskipun janjian jam 09.00 pagi. Tapi saya datang jam 08.00 karena saya tidak mau mengecewakan orang lain, ditambah dengan karakter dinginnya orang-orang sanguinis. Sekitar setengah jam saya duduk di depan Kantin UIN yaitu Cangkir, tepatnya di bangku taman. Tiba-tiba ada notifikasi HP saya bunyi.