Terakhir sekali Kaisar beserta perdana menteri tampil, masuk ke dalam tenda dan berkata: "Wahai biji mata dan pelita hati ayahanda! Wahai buah hati ayahanda! Apakah yang bisa dilakukan oleh ayahanda ini? Ayahanda telah mendatangkan sepasukan tentara yang perkasa, para filsuf dan cendekiawan, para pawang dan penasehat, dan dara dara cantik yang jelita, harta benda dan segala macam barang-barang berharga. Ayahanda sendiri pun telah datang. Jika semua ini ada manfaatnya, maka ayahanda pasti melakukan segala sesuatu yang dapat ayahanda lakukan. Tetapi malapetaka ini telah ditimpakan kepadamu oleh Dia yang tidak bisa dilawan oleh ayahanda beserta segala aparat, pasukan, pengawal, harta benda dan barang-barang berharga ini. Semoga engkau mendapat kesejahteraan, selamat tinggal sampai tahun yang akan datang." Kata-kata ini diucapkan sang Kaisar kemudian ia berlalu dari tempat itu.
Cerita si menteri ini sangat menggugah hati Hasan. Ia tidak bisa melawan dorongan hatinya, dengan segera ia bersiap-siap untuk kembali ke negerinya. Sesampainya di kota Bashrah ia bersumpah tidak akan tertawa lagi di atas dunia ini sebelum mengetahui dengan pasti bagaimana nasib yang akan dihadapinya nanti. Ia melakukan segala macam kebaktian dan disiplin diri yang tak bisa ditandingi oleh siapa pun pada masa hidupnya.
Hikmah Kisah
jadi dari kisah di atas hikmah yang bisa kita petik adalah bahwa kita tidak boleh terlena di dalam  kemerlapan di Dunia ini. Karena semua yang ada di dunia ini hanya titipan. Kehidupan di Dunia ini sifatnya sementara sedangkan kehidupan di akhirat nanti kekal selama-lamanya. Oleh karena itu, marilah kita semua berlomba-lomba agar senantiasa mengikuti segala yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala yang dilarangnya. Agar kelak kita bisa mendapatkan rahmat dari Allah Swt. dan juga dimudahkan oleh-Nya segala urusan kita yang sekarang ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H