Mohon tunggu...
Arif Saifudin
Arif Saifudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Tasawuf - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

instagram : @arif.saifuddinn

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Kisah Inspiratif Ramadhan dari Hasan Al-Bashri

9 April 2023   06:21 Diperbarui: 9 April 2023   06:32 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi ulama Tabi'in.  Sumber : Pinterest
Ilustrasi ulama Tabi'in.  Sumber : Pinterest
Biografi singkat Hasan AL-Bashri

Hasan bin Abil Hasan al-Bashri lahir di kota Madinah pada tahun 21 H/642 M. Ia adalah anak dari seorang budak yang ditangkap di Maisan, kemudian menjadi pembantu dari juru tulis Nabi Muhammad, Zaid bin Tsabit. Karena dibesarkan di Bashrah ia biasa bertemu dengan banyak sahabat Nabi, antara lain -seperti yang dikatakan orang dengan tujuh puluh sahabat yang ikut dalam Perang Badar. Hasan tumbuh menjadi seorang tokoh di antara tokoh yang paling terkemuka pada zamannya. Ia termasyhur karena kesalehannya yang teguh, dan secara terang-terangan membenci sikap kalangan atas yang berfoya-foya. Sementara teolog-teolog dari kalangan Mu'tazilah memandang Hasan sebagai pendiri gerakan mereka 'Amr bin 'Ubaid dan Wasil bin Atha' terhitung sebagai muridnya), di dalam hagiografi sufi, ia dimuliakan sebagai salah seorang di antara tokoh tokoh suci yang terbesar pada masa awal sejarah Islam. Hasan meninggal di kota Bashrah pada tahun 110 H/728 M. Banyak pidato-pidatonya -memang ia adalah seorang yang cemerlang- dan ucapan-ucapannya dikutip oleh penulis penulis bangsa Arab dan tidak sedikit di antara surat suratnya yang masih bisa kita baca hingga sekarang.

Hasan  Al-Bashri bertobat

Pada awalnya Hasan dari Bashrah adalah seorang pedagang batu permata, karena itu ia dijuluki Hasan si pedagang mutiara. Hasan mempunyai hubungan dagang dengan Bizantium, karena itu ia berkepentingan denga para Jenderal dan Menteri Kaisar, dalam sebuah peristiwa ketika bepergian ke Bizantium, Hasan mengunjungi Perdana Menteri dan mereka berbincang-bincang beberapa saat.

"Jika engkau suka, kita akan pergi ke suatu tempat", si menteri mengajak Hasan.

"Terserah kepadamu," jawab Hasan, "Ke mana pun aku menurut."

Si menteri memerintahkan agar disediakan seekor kuda untuk Hasan. Si menteri naik ke punggung kudanya, Hasan pun melakukan hal yang sama, setelah itu berangkatlah mereka menuju padang pasir. Sesampainya di tempat tujuan, Hasan melihat sebuah tenda yang terbuat dari brokat Bizantium, diikat dengan tali sutra dan dipancang dengan tiang emas di atas tanah. Hasan berdiri di jejauhan.

Tak berselang lama kemudian muncul sepasukan tentara perkasa dengan perlengkapan perang yang lengkap. Mereka lalu mengelilingi tenda itu, menggumamkan beberapa patah kata kemudian pergi. Setelah itu muncul para filsuf dan cendekiawan yang hampir empat ratus orang jumlahnya. Mereka mengelilingi tenda itu, menggumamkan beberapa patah kata kemudian berlalu dari tempat itu. Datang lagi tiga ratus orang tua yang arif bijaksana dan berjanggut putih, mereka menghampiri dan mengelilingi tenda itu, lalu menggumamkan beberapa patah kata, kemudian berlalu, Akhirnya datang pula lebih dari dua ratus perawan cantik masing-masing mengusung nampan penuh dengan emas, perak dan batu permata, mereka mengelilingi tenda itu dan menggumamkan beberapa patah kata kemudian pergi meniggalkannya. Hasan mengisahkan betapa ia sangat heran menyaksikan kejadian-kejadian itu dan bertanya kepada dirinya sendiri. Apakah artinya semuanya itu?

"Ketika kami meninggalkan tempat itu", Hasan meneruskan kisahnya, "Alm bertanya kepada si perdana menteri, beliau menjawab bahwa dahulu Kaisar mempunyai seorang putera yang tampan, menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan dan tak terkalahkan di dalam arena kegagah perkasaan. Kaisar sangat sayang kepada puteranya itu. Tanpa diduga, tiba-tiba si pemuda jatuh sakit parah. Semua tabib paling ahli sekalipun tidak mampu menyem buhkan penyakitnya. Akhirnya si pemuda putera mahkota itu meninggal dan dikuburkan di bawah naungan tenda tersebut. Setiap tahun orang-orang datang berziarah ke kuburannya".

Sepasukan tentara yang mula-mula mengelilingi tenda tersebut berkata: "Wahai putera mahkota, seandainya malapetaka yang menimpa dirimu ini terjadi di medan pertempuran, kami semua akan mengorbankan jiwa raga kami untuk menyelamatkanmu. Tetapi malapetaka yang menimpamu ini datang dari Dia yang tak sanggup kami perangi dan tak bisa kami tantang". Setelah berucap seperti itu mereka pun berlalu dari tempat itu.

Kemudian giliran para filsuf dan cendekiawan. Mereka berkata: Malapetaka yag menimpa dirimu ini datang dari Dia yang tidak bisa kami lawan dengan ilmu pengetahuan, filsafat dan tipu muslihat. Karena semua filsuf di atas bumi ini tidak berdaya menghadapi-Nya dan semua cendekiawan hanya orang-orang bodoh di hadapan-Nya. Jika tidak demikian halnya, kami telah berusaha dengan mengajukan dalih-dalih yang tak bisa dibantah oleh siapa pun di alam semesta ini. Setelah berucap demikian para filsuf dan cendekiawan itu pun pergi dari tempat tersebut.

Selanjutnya orang-orang tua yang mulia tampil seraya berkata: "Wahai putera mahkota, seandainya malapetaka yang menimpa dirimu ini bisa dicegah oleh campur tangan orang-orang tua, niscaya kami telah mencegahnya dengan doa-doa kami yang rendah hati ini, dan pastilah kami tidak akan meninggalkan engkau seorang diri di tempat ini. Tetapi malapetaka yang ditimpakan kepadamu datang dari Dia yang sedikit pun tak bisa dicegah oleh campur tangan manusia manusia yang lemah". Setelah kata-kata itu mereka ucapkan mereka pun berlalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun