Pengertian Sufi
Sufi adalah seorang praktisi dari sufiisme atau tasawuf, yaitu cabang spiritualitas dalam agama Islam yang bertujuan untuk mencapai kesatuan dengan Allah melalui pengalaman-pengalaman mistik atau rohani. Sufi sering kali mengejar pemahaman tentang keberadaan dan makna hidup yang lebih dalam melalui praktek-praktek spiritual, seperti dzikir, meditasi, dan puasa. Sufi juga memiliki sejumlah ajaran dan prinsip-prinsip etika yang sangat penting bagi praktik spiritual mereka, seperti cinta kasih, kejujuran, rendah hati, dan pengabdian. Sufi dikenal sebagai kelompok yang cenderung menekankan pentingnya pengalaman langsung dengan Tuhan atau alam semesta, dan lebih berorientasi pada pencarian kebenaran spiritual daripada pengkajian doktrin agama secara formal.Â
Di dalam dunia tasawuf banyak sekali sufi yang menarik kisah hidupnya untuk kita ketahui. dan juga banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan dari perjalanan hidup mereka. Pada kali ini saya ingin berbagi kisah singkat tentang Sahl bin Abdillah Al-tustari yang sangat menarik untuk kita ketahui.
Biografi singkat Sahl bin Abdillah Al-Tustari
Sahl bin Abdillah al-Tustari (lahir sekitar abad ke-9 di Tustar, Persia) adalah seorang tokoh sufi terkenal dan dianggap sebagai salah satu pemimpin Tarekat Sufi Tustariyah. Dia dikenal karena karya-karyanya yang menginspirasi dalam pengembangan tasawuf, terutama dalam bidang tafsir al-Quran. Karya terkenalnya adalah Tafsir Sahl al-Tustari yang dianggap sebagai karya penting dalam sejarah tafsir al-Quran dalam tradisi sufistik. Dia meninggal pada sekitar tahun 896 M.
Karomah kewalian Sahl bin Abdillah Al-tustari
Sahl bin Abdillah al-Tustari dikenal karena kearifannya dalam tasawuf dan dikatakan memiliki berbagai karomah atau mukjizat. Salah satu karomah yang terkenal dari Sahl al-Tustari adalah kemampuannya dalam memprediksi masa depan dan meramalkan berbagai hal. Selain itu, ada kisah yang menceritakan bahwa saat Sahl al-Tustari berbicara atau memberikan nasihat, suaranya terdengar sangat merdu dan membuat para pendengarnya merasa terhanyut dalam suasana kerinduan dan cinta kepada Allah SWT.
Namun, Sahl al-Tustari sendiri lebih menekankan pentingnya peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan sebagai tujuan utama tasawuf, daripada memfokuskan pada karomah atau hal-hal gaib lainnya. Ia juga menekankan pentingnya memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari.
Puasa Sahl ( Puasa Dahr)
Puasa Sahl bin Abdillah Atustari adalah suatu bentuk ibadah puasa yang dilakukan oleh para pengikut Tarekat Syadziliyah. Puasa ini diambil dari ajaran Sahl bin Abdillah Atustari, seorang tokoh sufi yang dianggap sebagai salah satu pendiri Tarekat Syadziliyah. Puasa Sahl bin Abdillah Atustari dilakukan selama 7 hari berturut-turut pada awal bulan Muharram. Puasa ini dilakukan dengan berpuasa secara total selama 7 hari, tidak makan dan tidak minum, kecuali hanya mengonsumsi air suci (air zam-zam) dan terkadang hanya dengan satu gigitan roti saja.
Tujuan dari puasa ini adalah untuk membersihkan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu, puasa ini juga dianggap sebagai sarana untuk memperkuat kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi cobaan hidup. Meskipun puasa Sahl bin Abdillah Atustari tidak diwajibkan dalam agama Islam, namun puasa ini dianggap sebagai salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam Tarekat Syadziliyah. Puasa ini juga dianggap sebagai sarana untuk mengikuti jejak para sufi terdahulu dalam mencapai kesucian jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H