Setiap Ramadhan sering kali dihantui dengan kenaikan harga sembako (sembilan bahan pokok) yaitu: beras, jagung/sagu, daging (ayam/sapi), minyak goreng, telur, gula, susu, minyak tanah, dan garam. Namun sekarang maknanya meluas, bukan hanya sembilan tapi banyak bahan pokok.
Keadaan dimana terjadi kenaikan harga barang secara terus-menerus atau terjadi penurunan nilai mata uang karena banyaknya uang yang beredar dalam negeri biasa disebut sebagai inflasi. Selama bulan Ramadhan sampai dengan lebaran seringkali terjadi inflasi. Tak jarang masyarakat menyalahkan pemerintah atas naiknya harga-harga barang, padahal ada banyak faktor yang memicu terjadinya inflasi. Beberapa diantaranya :
1. Faktor Alam seperti cuaca dan bencana alam yang bisa menyebabkan gagal panen, panen buruk, maupun menghambat distribusi barang sehingga menyebabkan barang langka di pasaran, otomatis harga naik.
2. Isu Politik, misalnya isu akan terjadi kerusuhan sehingga menyebabkan masyarakat membeli barang dalam jumlah banyak. Otomatis barang menjadi langka di pasaran, dan harganya pun naik. Untungnya isu-isu yang beredar selama pilpres (pemilihan presiden dan wakil presiden) 2014 ini tidak membuat masyarakat panik dan melakukan pembelian barang secara membabi buta. Masyarakat masih mempercayai pemerintah dan ketahanan nasional negeri ini, sehingga harga relatif stabil.
3. Â Kebijakan pemerintah seperti menaikkan tarif dasar listrik (TDL), menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif kereta api, tarif angkutan udara, dll bisa menyebabkan inflasi. Kebijakan menaikkan tarif tersebut pastinya sudah dipertimbangkan secara matang dan bertujuan untuk kebaikan bangsa dan negara. Jadi selama inflasi tersebut tidak memberatkan rakyat serta untuk kebaikan bangsa dan negara, maka layak kita dukung.
4. Penimbunan barang oleh Pengusaha, tentunya menyebabkan kelangkaan barang di pasar, dan otomatis harga barang naik.
Bank Indonesia selaku badan hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga stabilitas perekonomian negara dalam hal ini melakukan antisipasi inflasi di bulan Ramadhan 2014 dengan mempelajari pola inflasi ramadhan sebelumnya dan bulan-bulan sebelum ramadhan tahun ini kemudian merumuskan kebijakan untuk mengantisipasi inflasi yang terjadi.
[caption id="attachment_349687" align="alignnone" width="576" caption="Pola inflasi Ramadhan selama 3 tahun terakhir"][/caption]
[caption id="attachment_349688" align="alignnone" width="424" caption="Tracking Perkembangan Harga Bahan Makanan Juni 2014"]
Melihat angka realisasi bulan Mei dan perkiraan kondisi bulan Juni, Inflasi tahun 2014 diperkirakan masih berada di kisaran target yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni 4,5% plus minus 1%. Â Sehingga harga-harga di bulan Ramadhan ini relatif stabil.
Kebijakan lain untuk mendukung kestabilan harga di bulan Ramadhan ini, meliputi :
- Memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50% dalam rangka mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5 % plus minus 1%. Berdasarkan data Bank Indonesia pada bulan Januari inflasi tercatat 8,22% dan terus menurun hingga Juni 2014 hanya mencapai 6,70%, sehingga memberikan optimisme untuk target tersebut.
- Bank Indonesia bersama Pemerintah membentuk Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk mengantisipasi tekanan inflasi di daerah masing-masing menjelang lebaran. TPID bekerjasama dengan masyarakat untuk mengatasi inflasi daerah yang terjadi. Solusi yang terbukti menangani kasus inflasi di suatu daerah dapat dijadikan percontohan oleh TPID di daerah lain untuk juga diterapkan.
- Melakukan komunikasi yang intens antara TPI Pusat maupun TPID dalam mengelola ekspektasi inflasi menjelang hari besar (ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi serta meminimalkan tekanan harga pangan yang mulai meningkat)
- Mengkoordinasi pengendalian inflasi di berbagai wilayah, serta melakukan pemantauan langsung ke lapangan
- Pemberian subsidi biaya distribusi beberapa komoditi (beras, gula pasir, minyak goreng, dan terigu) ke daerah
- Melakukan kerjasama dengan produsen maupun distributor utama untuk menyelenggarakan kegiatan pasar murah.
- Memprioritaskan bahan makanan dalam proses bongkar muat di pelabuhan, maupun penggunaan jalur transportasi darat
Dengan kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan Bank Indonesia tersebut tentunya optimis ramadhan kali ini harga barang relatif stabil, terlebih dengan dukungan para pengusaha yang tidak menimbun barang serta dukungan masyarakat yang tidak melakukan penimbunan barang juga tentunya membuat harga lebih bagus lagi.
semoga bermanfaat
referensi : Bank Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H