Sobat Sekolnet (Sekolah Internet) Indonesia mempunyai peluang dan harapan yang gemilang, sekaligus tantangan yang tidak ringan 20 tahun ke depan, tentu saja keadaan ini seharusnya menjadikan kita berbenah diri dan bersiap-siap berada di barisan terdepan dalam percaturan dunia. Indonesia negara kaya dengan sumber daya alam yang melimpah serta masyarakatnya yang heterogen disatukan diatas perbedaan. Masyarakatnya yang sangat dikenal ramah tama dan prestasi-prestasi anak bangsa yang mengharumkan dalam kancah dunia adalah sederat modal yang harus dikelola dengan baik. Siapapun warga indonesia harus memiliki kebanggaan yang pawerfull, karena ini adlah modal utama untuk sebuah kebangkitan. Sobat Sekolnet (Sekolah Internet) inilah beberapa harapan dan peluang sekaligus tantangan Indonesia 20 tahun lagi. Indonesia harus bangkit adalah sebuah keniscayaan. Siapapun harus berfikir memberikan prestasi terbaiknya sekaligus memberikan apresiasi (penghargaan) kepada siapapun putra bangsa ini yang menorehkan prestasi, sekalipun tidurnya tukang becak di tengah terik matahari karena lelah menunggu penumpang yang tak kunjung datang. 20 Tahun Lagi Indonesia Akan Miliki 100 Ribu Mega Watt Listrik Dalam 20 tahun ke depan, ditagetkan listrik di Indonesia akan bertambah 100 ribu MW. Hal itu diungkapkan Founder Medco, Arifin Panigoro dalam konfrensi pers 'ITB Terpanggil, Masa Depan listrik Indonesia' di Gedung PLN-ITB, Jalan ganeca, Kamis (24/2/2011). "20 tahun ke depan, listrik di Indonesia akan bertambah 100 ribu MW, namun yang membangun itu bukan hanya Medco namun pihak swasta dan stakeholder lainnya," ujar Arifin. Untuk mencapai target tersebut, kata Arifin, diperlukan berbagai studi untuk pembangunan pembangkit listrik yang paling efektif. Menurutnya, energi dinilai sebagai bentuk yang paling cepat untuk bahan pembangkit listrik dibandingkan dengan energi batu bara, geothermal, atau nuklir. Namun untuk membuat listrik berbasis clean energi, maka pilihan geothermal adalah yang paling tepat. Lokasi sumber geothermal sendiri disebut Arifin paling banyak terdapat di pulau Sumatera dan Jawa. Setiap tahunnya, ditargetkan ada penambahan listrik sebanyak 8 ribu MW hingga 10 ribu MW. "Angka penambahan ini memang berbeda antara staring comitee dan dewan energi. Ada yang menyebut 8 ribu hingga 10 ribu. Ada juga yang targetnya lebih rendah 4 ribu per tahun. Tapi dengan kesanggupan PLN yang menyebut akan menambah 7 ribu per tahun saja, target 100 ribu MW sepertinya akan dapat tercapai," katanya.
Cadangan Batubara Indonesia Diprediksi Habis 20 Tahun Lagi
Jakarta – TAMBANG. Pengelolaan batubara Indonesia berada dalam “zona merah”. Cadangan komoditi pertambangan yang sedang naik daun dan menjadi andalan ekspor pemerintah itu, diprediksi akan habis dalam 20 tahun ke depan. Maka dari itu, penyelenggara negara dan stakeholder pertambangan dituntut segera menyusun “Master Plan”, guna pengelolaan “emas hitam” secara strategis. Jika diabaikan, tidak mustahil bangsa ini kembali ditimpa “kutukan” sumber daya alam, seperti yang sudah terjadi pada minyak bumi. Mirisnya kondisi cadangan batubara Indonesia ini, terungkap dalam “Konferensi Tahunan Ke-3 Batubara Indonesia” yang digelar Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) dan Indonesian Coal Society (ICS) di Jakarta, Senin – Rabu, 21 – 23 Maret 2011. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Zahedy Saleh yang membuka acara itu mengatakan, saat ini sumber daya batubara Indonesia mencapai 105,2 miliar ton, dan cadangannya sebesar 21,13 miliar ton. Sayangnya, potensi yang demikian melimpah itu, selama ini hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik dan boiler-boiler industri. Pemakaian secara konvensional ini, disamping tidak ramah lingkungan juga tidak memberikan nilai tambah berarti bagi pembangunan nasional. Maka dari itu, ujarnya, guna meningkatkan peran batubara sebagai sumber energi yang dapat diandalkan serta memberikan keunggulan kompetitif pada bangsa, pemerintah terus mendorong peningkatan nilai tambah batubara. “Batubara sebagai salah satu kekayaan negara wajib dikelola secara bijaksama dan visioner,” tegas Menteri ESDM. Selain itu, beberapa langkah prioritas lainnya yang harus dilakukan, ialah konservasi, pelaksanaan Good Mining Practice, peningkatan infrastruktur dan investasi batubara, serta program Community Development atau Corporate Social Responsibility perusahaan batubara. Pada kesempatan jumpa pers disela pelaksanaan konferensi itu, Ketua Umum Perhapi, Irwandy Arif mengatakan, Indonesia tidak boleh berleha-leha dengan potensi batubara yang dimilikinya. Pasalnya eksploitasi batubara yang terlalu rakus, bakal mendatangkan malapetakan bagi bangsa ini. Ia menyebutkan, potensi riil batubara Indonesia ialah pada cadangannya yang hanya 21,13 miliar ton. Cadangan itu pun masih dibagi lagi menjadi cadangan geologi, cadangan proven (terbukti), dan cadangan yang dapat ditambang. “Dengan angka produksi saat ini, jika tidak diikuti oleh kegiatan eksplorasi yang masif, maka cadangan batubara Indonesia yang dapat ditambang akan habis 20 tahun lagi,” ujarnya. Lebih celaka lagi, batubara Tanah Air itu habis diekspor, bukan untuk kepentingan energi di dalam negeri. Ketua Umum APBI, Bob Kamandanu mengatakan, sebenarnya produsen batubara sangat ingin memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun dengan angka produksi yang terus meningkat setiap tahun, penyerapan di dalam negeri tidak pernah lebih dari 50 – 60 juta ton. Proyek pembangunan PLTU 10.000 Megawatt pun tersendat, yang membuat penyerapan domestik juga tertunda. Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Umum Perhapi, Juangga Mangasi Mangunsong menuturkan, penggunaan batubara secara strategis dan visioner, tidak sebatas memaksimalkan penggunaan di dalam negeri. Lebih dari itu, bagaimana menciptakan “Security Energy” secara nasional yang berbasis batubara, dalam jangka panjang. Jika eksploitasi komoditi andalan ekspor pemerintah itu tidak direm, bukan tidak mungkin 10 – 15 tahun ke depan, Indonesia berubah dari net eksportir batubara menjadi net importir batubara. “Ini akan mengulang “kutukan sumber daya alam” yang sudah kita alami pada minyak,” tandasnya. Dalam sesi dialog dengan peserta konferensi, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM, Bambang Setiawan mengakui, penting untuk sesegera mungkin menyusun “Master Plan” pengelolaan batubara Indonesia. “Kita harus mempunya rencana jangka panjang, akan diapakan batubara Indonesia. Kita harus tetapkan sampai angka berapa batas maksimal eksploitasi batubara kita. Misalnya pada angka 500 – 600 juta ton pada 2025,” tutur Bambang. Untuk 2011, pemerintah telah menetapkan target produksi batubara sebesar 327 juta ton, dengan ekspor 248 juta ton, dan suplai domestik 79 juta ton. Irwandy sendiri menyatakan, upaya untuk menata laju eksploitasi batubara Indonesia, harus berjalan serentak di semua lini pemerintahan dan stakeholder. Bagaimana mungkin misalnya dilakukan konservasi, jika pemerintah terus mendorong investasi di batubara, dan memberikan target penerimaan yang tinggi pada sektor minerba. Sementara itu Bob Kamandanu mengatakan, upaya mengerem laju eksplotasi batubara di Tanah Air, dapat dilakukan dengan menegakkan Good Mining Practice. Semua penambangan batubara yang tidak memenuhi kaidah penambangan yang baik, harus ditertibkan.
10-20 Tahun Lagi Film Indonesia Bermutu
Aktor senior dan sutradara kawakan, Deddy Mizwar menilai kehadiran film-film yang bermutu dalam dunia perfilman Indonesia tergantung dari masyarakat sebagai pihak yang menonton. "Saya optimistis jika kesadaran dari masyarakat terhadap film-film bagus muncul, maka kondisi perfilman Indonesia pelan-pelan akan berubah lebih baik, setidaknya dalam kurun 10-20 tahun mendatang," kata Deddy, Ahad. Deddy yang juga sutradara film bertema serupa "Alangkah Lucunya (Negeri Ini)" itu, mengatakan film-film Indonesia saat ini kebanyakan tidak memiliki konten yang jelas, termasuk apa pesan yang ingin disampaikan. "Kalau masyarakat tidak mau menonton film-film tidak bermutu, tidak jelas kontennya, dengan sendirinya akan muncul film-film bermutu," katanya usai seminar "Alangkah Lucunya Negeri Ini". Menurut dia, kalau secara teknis sebenarnya sudah lebih bagus dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun masih kurang dalam kaitan konten (isi), itu menyebabkan perfilman Indonesia seperti "jalan di tempat". "Dalam sebuah keluarga misalnya, ajak keluarga untuk hanya menonton film-film yang bagus, kalau yang tidak perlu ditonton, tidak usah. Nantinya kan banyak bermunculan film-film yang bagus dan bermutu," katanya. Ia mengatakan bahwa kalau tidak ada yang menonton film-film yang kurang bermutu, secara tidak langsung akan merangsang banyaknya film bermutu, sebab untuk apa membuat film kalau nantinya tidak ada yang menonton. 20 Tahun Lagi, WNA Akan Mengadu Nasib di Indonesia Wakil Presiden (Wapres) Boediono optimistis, dengan kerja keras, pembangunan ekonomi Indonesia akan mampu menyusul raksasa China dan India. Lapangan kerja di dalam negeri akan jauh lebih baik dari sekarang, sehingga masyarakat tidak perlu lagi merantau ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Bahkan, dalam jangka waktu 20 tahun, tidak mustahil yang terjadi justru arus balik. Banyak warga negara lain yang akan mengadu nasib di Indonesia. "Kita akan menjadi tempat yang sangat menarik bagi warga negara di dekat kita atau agak jauh di Asia sini untuk mengadu nasib di negara kita. Itu bisa terjadi dan akan terjadi kalau kita melaksanakan tugas sebaik-baiknya di bidang ekonomi, sosial dan politik di negara kita ini," kata Boediono. Hal itu disampaikan dia di depan para TKI dalam acara Penyerahan Penghargaan Pekerja Migran Indonesia di Kantor Wapres, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (20/12/2010). Menurut Wapres, Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Negeri ini dikaruniai segalanya, baik berupa sumber daya alam yang melimpah maupun sumber daya manusia yang banyak. "Itu merupakan modal bagi suatu negara. Ada negara yang terhambat karena jumlah penduduknya kecil sekali," kata mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) ini. Namun, lanjutnya, untuk melaksanakan pembangunan ekonomi tersebut, dibutuhkan ketenangan dari segi sosial dan politik. Sehingga, kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah bukan hanya bagus di atas kertas, tapi benar-benar bisa dilaksanakan di lapangan. "Kita punya segalanya, tinggal kita mengorganisasi diri lebih baik. Kalau kita sibuk di antara kita sendiri, sibuk sesuatu yang barangkali untuk kepentingan kelompok masing-masing, ya, yang dilupakan adalah kepentingan bangsa ini. Jadi energi sosial kita bisa habis kalau kita sibuk dengan diri kita sendiri," tandasnya. Boediono mengakui, realitas yang terjadi saat ini memang menuntut sebagian masyarakat untuk bekerja di luar negeri. Ia yakin, seandainya di dalam negeri telah tersedia banyak lapangan kerja dan mata pencaharian, mereka akan memilih bekerja di Indonesia. Wapres meminta keluasan hati untuk menerima realita tersebut sampai pada saatnya nanti pemerintah mampu menyediakan seluruh kebutuhan masyarakat. Bukan hanya lapangan kerja yang layak, namun juga kompetitif dari segi upah dibandingkan dengan di luar negeri. "Kita harus terima itu sebagai fakta dan saya kira tugas kita sampai nanti pada suatu tingkat di mana kita di Indonesia ini bisa sediakan seluruh kebutuhan mata pencaharian dan lapangan kerja yang layak," pungkasnya. Sobat sekolnet (Sekolah Internet) semoga kabar ini menjadi sumber energi untuk kita terus kreatif dan innovatif dalam membangun negeri ini, jadilah manusia yang selalu bangga dengan kehebatan yang di anugerahkan tuhan kepada dirinya dan bangga dengan negerinya. Modal positif yang terlahir dari sebuah kesadaran adalah kekuatan yang tidak akan padam dengan rintangan yang datang. Semoga 20 tahu lagi Indonesia adalah negara yang mampu memimpin dunia dengan kebaikan untuk semesta alam. Semoga memberikan manfaat....
Informasi lebih banyak di : http://www.sekolnet.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H