Mohon tunggu...
Arif RahmanTaufan
Arif RahmanTaufan Mohon Tunggu... Guru - guru seni

Seorang Guru Seni Budaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kampung Ponorogo

2 April 2024   08:50 Diperbarui: 2 April 2024   09:04 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kursi Undangan VIP yang Terabaikan 

Kampoeng Ponorogo 2014, Mewujudkan cita, rasa, karsa melalui ragam budaya nusantara.  Kalimat tersebut merupakan judul dan tema yang di usung pada sebuah acara yang diadakan di patung meriam Sriwedari pada hari Sabtu 28 September 2014, pukul 19.30 wib.  Acara yang sudah ke 6 kalinya di gelar ini diselenggarakan oleh sekumpulan anak muda asal ponorogo yang bertempat tinggal di Solo. Para anak muda asal Ponorogo ini pun tergabung dalam sebuah komunitas benama Gama Resa. Oleh karena kepedulian terhadap budaya musik asal kota mereka, acara Kampoeng Ponorogo diadakan secara rutin setiap 1  tahun sekali namun di tempat yang berpindah pindah.

Dalam penyelenggaraannya, kampoeng Ponorogo 2014 melibatkan beberapa kesenian juga yang berasal dari luar ranah kesenian Ponorogo. Beberapa kesenian yang turut ditampilkan dalam acara tersebut : Tari Singgeh Penguten ( Lampung ), Tari Jejer Gandrung Mbanyuwangen, Tari Pujonggo Anom dan Reog Ponorogo. Keempat kesenian tersebut meramaikan acara pada malam itu. Selain kesenian adapun beberapa pejabat yang diminta hadir sebagai undangan untuk mengapresiasi acara Kampoeng Ponorogo seperti Disbudparpora Ponorogo dan Disparta Surakarta. Acara yang di pimpin oleh Parmono sebagai ketua penyelenggara itu pun dapat dimulai dan berjalan dengan lancar. 

Beberapa antusiasme dari penonton pun terlihat baik dan halaman depan panggung pun penuh dengan adanya penonton yang duduk dan berdiri. Namun dalam hal ini Parmono sebagai ketua penyelenggara melakukan beberapa bentuk ketidaktelitian akan formasi venue dan posisi nya. Penulis menemukan beberapa kejanggalan dan sedikit kekurangan pada acara tersebut seperti  penempatan kursi undangan VIP yang tidak strategis dan Teknis Sound System yang dilakukan.

Kejanggalan pertama dirasakan ketika penulis melihat sebuah barisan kursi yang ditata di depan panggung namun serong pojok kanan dan berjarak kurang lebih 10 meter dari panggung. Setelah melakukan penelusuran dan melihat ternyata kursi kursi tersebut merupakan tempat bagi para undangan VIP yang seharusnya bertempat strategis. 

Seharusnya kursi VIP merupakan tempat spesial bagi mereka penonton atau tamu undangan yang memiliki peran dalam berlangsungnya acra tersebut. Namun pada kejadian di lapangan, kursi tersebut terletak di pojok kanan depan panggung dan memiliki ruang yang sempit. Selain mendapat ruang yang sempit, para undangan VIP tersebut sulit untuk melihat pertunjukan yang sedang berlangsung karena tertutupi dan di padati penonton. Selain itu posisi tempat tamu undangan pun tidak begitu dijaga sehingga banyak ditempati oleh penonton maupun panitia acara tersebut.

Selain ketidaknyamanan dalam hal tempat undangan VIP, Penulis juga menemukan sebuah hal yang kurang baik dalam penataan perangkat sound system, seperti pada halnya sound system berdaya 10.000 watt itu berada tepat di belakang kursi VIP dengan jarak Cuma 2-3 meter menghadap langsung dari belakang kursi VIP. Padahal jika di lihat dari jaraknya ketika sound system di letakkan pada jarak itu maka para undangan tidak akan dapat berkomunikasi dengan baik dengan sebelahnya dan tidak dapat menikmati menikmati pertunjukan dengan baik. Beberapa hal ini merupakan beberapa kurang teliti nya panitia acara sehingga kurang memperhatikan tata tempat dan letak perangkat acara.

Akibat dari kurang ketelitian panitia kursi VIP yang berada ditempat kurang strategis tidak bertahan begitu lama pada identitasnya. Karena selang sekitar 20 menit setelah acara dimulai kursi VIP tersebut bukan dihuni lagi oleh tau undangan namun para penonton sekitar dan panitia. Padahal pada sebuah pertunjukan panitia dapat melakukan yang terbaik untuk hasil yang baik pada bentuk pertunjukan yang diselenggarakan. Bentuk ketidaknyamanan dalam hal identitas kursi VIP tersebut seharusnya lebih diperhatikan oleh kepengurusan pada pertunjukan tersebut untuk dapat memberikan kenyamanan kepada kursi VIP jika memang keberadaan tamu undangan VIP dibutuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun