Tibalah pada tepi sucimu
Ah bulan yang bermuara rindu
Yang mati tak lagi mengadu
Yang hidup tak lagi tersedu
Kaki yang ringan akal ini
Bergetar menapaki harimu
Tangan yang berat nafsu ini
Beringas menerjang harimu
Di mana lagi keluarga bersama
Selain bersama bulanmu
Di mana lagi kita bersua
Selain bersama sucimu
Si kecil hati gemas berkata:
"Inikah yang aku tunggu?" Ucapnya lirih.
Akal yang nakal menjawab:
"Tentu saja, emang mau berapa lama lagi?" Tungkasnya usil.
Akhirnya, bulan yang mati itu hidup
Bersama nafsu yang redup
Doa-doa pun bertebaran dalam tiup
Menghiasi malam tanpa tutup
(Sisi Jalan, 12 April 2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H