Mohon tunggu...
Arif Ramdan
Arif Ramdan Mohon Tunggu... Desainer - Graphic Designer

Seorang laki-laki namun bukan priyai, bukan buruh bukan pula tani hanya seorang pribumi peranakan~

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bulan Tanpa Tutup

12 April 2021   19:01 Diperbarui: 12 April 2021   19:08 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: unsplash.com

Tibalah pada tepi sucimu
Ah bulan yang bermuara rindu
Yang mati tak lagi mengadu
Yang hidup tak lagi tersedu

Kaki yang ringan akal ini
Bergetar menapaki harimu
Tangan yang berat nafsu ini
Beringas menerjang harimu

Di mana lagi keluarga bersama
Selain bersama bulanmu
Di mana lagi kita bersua
Selain bersama sucimu

Si kecil hati gemas berkata:
"Inikah yang aku tunggu?" Ucapnya lirih.
Akal yang nakal menjawab:
"Tentu saja, emang mau berapa lama lagi?" Tungkasnya usil.

Akhirnya, bulan yang mati itu hidup
Bersama nafsu yang redup
Doa-doa pun bertebaran dalam tiup
Menghiasi malam tanpa tutup

(Sisi Jalan, 12 April 2021)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun