Mohon tunggu...
Arif Ramdan
Arif Ramdan Mohon Tunggu... Desainer - Graphic Designer

Seorang laki-laki namun bukan priyai, bukan buruh bukan pula tani hanya seorang pribumi peranakan~

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Akibat Seruan Boikot, Dapur Saya Jadi Ngebul!

1 November 2020   16:15 Diperbarui: 1 November 2020   16:58 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Design by @ariframdann

Beberapa belakang lewat, terjadi gerakan pemboikotan produk-produk Prancis akibat buntut kecaman keras negara muslim terhadap penghinaan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam oleh Presiden Emmanuel Macron.

Ini menjadi fenomena yang tidak biasa karena mengingatkan saya pada tahun-tahun (yang katanya) intoleransi menguat di Indonesia lewat aksi keagamaan empat tahun silam. Kita pasti mengingat kejadian pemboikotan salah satu perusahaan roti yang memberikan siaran pers tentang "tidak ikutnya perusahaan" dalam dukungan aksi politik waktu itu. Akibatnya, perusahaan roti tersebut harus ridho lillahita'ala diboikot ramai-ramai oleh elemen masyarakat.

Lalu di tahun ini, kita melihat kasus seorang guru yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam pelajaran kebablasan kebebasan berpendapat yang berakhir dengan dipenggalnya kepala guru oleh muridnya sendiri karena dianggap menistakan agama Islam. Namun, murid tersebut harus meninggal ditembak oleh aparat karena dianggap melawan aparat ketika melakukan penangkapan.

Kejadian ini menjadi buntut dari penangkapan orang-orang yang dituduh radikal serta menutup masjid-masjid di Prancis. Yang lebih parahnya lagi, Presiden Emmanuel Macron memerintahkan gedung pemerintahan untuk menampilkan karikatur yang kontroversial tersebut (yang sudah kita singgung tadi). Beliau menilai sekulerisme dan kebebasan berpendapat adalah nilai penting bagi negara Prancis.

Sikap beliau ini tentu memancing di air yang keruh, sejumlah pemimpin dunia terutama negara Islam mengecam keras tindakannya. Ada yang menganggap sekulerisme dan kebebasan berpendapat yang dipegang Prancis sudah sangat kebablasan.

Perlu kita ketahui bahwa Sekulerisme adalah ideologi yang memisahkan negara dan agama (1) Nah, kita biasa hidup di negara yang hari liburnya banyak perayaan keagamaan tentu tidak mengenal begitu fasih paham seperti ini. Tetapi dengan kejadian ini kita harus mengetahui paham Sekulerisme 'kan?

Sebetulnya, sekulerisme sendiri lahir dari peradabahan eropa yang erat kaitannya dengan keagamaan dan sebetulnya sekulerisme sendiri memberikan kebebasan terhadap setiap individu (baik beragama maupun tidak beragama) tetapi dalam kejadian ini saya merasa kebebasannya sudah kebablasan. 

Masa iya, kita harus mendiskriminasi tokoh suci dalam mewujudkan kebebasan berpendapat. Ya, saya tahu kalian itu (mungkin) tidak percaya agama tetapi  mendiskriminasi tokoh suci yang pernah hidup di masanya dan memiliki pengikut yang banyak pasti menimbulkan polemik dong.

Eh tetapi tunggu dulu! Presiden Emmanuel Macron juga mempunyai alasan mengapa dia melakukan tindakan seperti itu, dia ingin memperjuangkan nilai-nilai dasar yang dipegang negaranya yaitu sekulerisme dan kebebasan berpendapat. Tetapi itu lho! cara dia membelanya terlalu menyerang dan tidak aestetik banget kayak belum pernah main sosmed jadi orang yang ikut tersinggung malah menangkis sekaligus memberikan serangan balik (aksi boikot).

Oalah, saya selaku bocah ingusan berdarah kampungan ini, tidak habis pikir melihat geliat politik antar negara. Saya bukannya tidak ingin mengikuti aksi boikot ini. Wong beli beras aja masih cashbond setengah mati tetapi semangat membela junjungan besar Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak akan pernah padam meski urusan dompet kian terendam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun