Mohon tunggu...
Arif Rahmat H
Arif Rahmat H Mohon Tunggu... lainnya -

Trashboy on campus

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ketakutan yang Permanen

4 Mei 2014   09:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:53 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Takut adalah merasa gentar atau ngeri ketika menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana. Semua orang pasti mempunyai rasa takut.Rasa takut bisa disebabkan oleh banyak faktor, misalnya seseorang takut pada tikus karena telinganya pernah digigit tikus, atau seseorang yang takut mengendarai sepeda motor karena pernah jatuh dari sepeda motor. Ada pula orang yang mempunyai rasa ketakutan yang kuat atau berlebihan terhadap suatu benda, situasi, atau kejadian, yang ditandai dengan keinginan untuk menjauhi sesuatu yang ditakutinya, inilah yang biasa orang sebut dangan phobia.

Ketika seseorang mengalami kejadian yang mengerikan hingga dia merasa ketakutan, maka dia akan selalu berusaha untuk tidak mengingat kejadian tersebut. Dia akan trauma ketika melihat kejadian tersebut terulang kembali. Misalnya ketika seseorang jatuh dari pohon dan mengalami luka, bisa jadi orang tersebut mengalami trauma ketika melihat pohon yang pernah ia naiki itu. Taruma sendiri diartikan sebagai keadaan jiwa atau tingkah laku yang tidak normal akibat dari tekanan jiwa atau cedera jasmani. Hal ini mungkin dapat dikatakan sebagai ketakutan yang permanen.

Cara mengatasi orang yang memiliki ketakutan yang permanen mungkin bisa dengan cara memberi keyakinan padanya bahwa orang tersebut bisa melakukan hal yang ditakutinya lagi, sehingga orang tersebut tidak merasa takut lagi. Namun ada juga ketakutan yang tidak bisa diatasi. Sekali orang itu takut maka akan takut selamanya.

Pada umumnya ketakutan yang permanen mudah terjadi pada anak-anak. Ketika anak merasa ketakutan, rasa takutnya itu bisa lebih besar dari rasa takut orang dewasa. Sehinga tidak bisa dipungkiri lagi anak-anak berpeluang lebih besar mengalami ketakutan yang permanen. Hanya yang saya tidak mengerti, kenapa sebagian anak-anak banyak yang takut ketika melihat badut? Apakah sebagian anak-anak pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan saat bersama badut? Padahal badut itu diciptakan untuk menghibur anak-anak agar mereka merasa senang. Mungkin hanya ini yang dapat saya tuliskan, mohon maaf jika ada kata-kata yang menyalahi aturan atau yang sifatnya menyinggung pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun