Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - m

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tingginya Angka Kasus DBD Kota Semarang, Mahasiswa Undip Lakukan Upaya Mitigasi Melalui Pemetaan Kerawanan DBD di Kelurahan Bendungan

14 Februari 2022   13:06 Diperbarui: 14 Februari 2022   13:35 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Kerawanan Demam Berdarah di Kelurahan Bendungan (Arif Rahman)

Semarang (09/02) – Pada akhir-akhir ini terutama pada saat musim penghujan datang, tingkat kerentanan penyakit dbd (demam berdarah) merupakan salah satu hal yang harus diwaspadai selain penyakit Covid-19. Terutama pada kawasan-kawasan perkotaan dengan kepadatan bangunan padat dengan populasi penduduk yang tinggi, salah satunya ialah Kota Semarang. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Semarang, pada tahun 2020 tahun lalu terdapat 293 kasus dbd yang tiap bulannya mengalami peningkatan. Hal tersebut juga terjadi pada tahun berikutnya, sebagaimana yang dilansir dari pernyatan Direktur RSUD Wongsonegoro, kasus pasien yang terkena dbd pada tahun 2021 tergolong tinggi. Walaupun tidak setinggi di tahun sebelumnya, ini harus menjadi perhatian bersama agar kasus tidak semakin meningkat baik di masa sekarang maupun di tahun-tahun berikutnya (ujarnya).

Memasuki awal tahun 2022, Pemerintah Kota Semarang telah mengupayakan pemberantasan sarang nyamuk pada tiap-tiap kelurahan di Kota Semarang, termasuk Kelurahan Bendungan sebagai langkah awal dalam penggulangan penyakit demam berdarah. Pemberantasan sarang nyamuk di Kelurahan Bendunga dilakukan pada tiap-tiap rumah warga secara door to door dengan pemeriksaan kebersihan pada tiap-tiap badan air. Akan tetapi masih dinilai kurang efektif karena masih banyak masyarakat yang belum menerapkan pola hidup bersih dan kekurangan sukarelawan dalam membantu pengecekan, serta masih ditemukannya kasus demam berdarah terutama di RW 2 dan RW 3.

Visualisasi tingkat kerawanan demam berdarah (dbd) di Kelurahan Bendungan melalui pemetaan sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko atau dampak dbd yang lebih besar. Menanggapi hal tersebut, mahasiswa KKN Tim 1 Universitas Diponegoro, 2021/2022 melakukan pemetaan kerawanan bencana non alam (deman berdarah) di Kelurahan Bendungan, Kecamatan Gajahmungkur. Adanya pemetaan tingkat kerawanan DBD tersebut sejalan dengan salah satu tujuan dari program pembangunan berkelanjutan (SDG’s) yakni point ke-3 dari SDG’s terkait “Memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk semua usia”, dimana kesehatan menjadi salah satu aspek penting dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan suatu wilayah.

Kegiatan pemetaan dilakukan dengan melakukan telaah dokumen terlebih dahulu pada beberapa artikel yang terkait. Kemudian ditentukanlah beberapa variabel/parameter terkait potensi perkembangan demam berdarah, collect data (pengumpulan data sekunder), dan pengolahan data maluli aplikasi pemetaan ArcMap 10.8, dan layouting sebegai langkah akhir dari pembuatan peta. Peta yang telah jadi diserahkan kepada pihak kelurahan yaitu Bapak Yahannes Maryunani Y.K., S.Sos selaku Lurah Bendungan pada Rabu, (9/2/2022) di Balai Kelurahan Bendungan.

Penyerahan Peta Kerawanan Bencana Deman Berdarah Kelurahan Bendungan Kepada Bapak Lurah Bendungan Yahannes Maryunani Y.K., S.Sos/dokpri
Penyerahan Peta Kerawanan Bencana Deman Berdarah Kelurahan Bendungan Kepada Bapak Lurah Bendungan Yahannes Maryunani Y.K., S.Sos/dokpri
Pembuatan peta dilakukan sebagai langkah mitigasi penanggulangan kasus DBD di tengah kondisi pandemic covid-19. Sasaran dari pembuatan peta tersebut adalah perangkat desa/kelurahan maupun masyarakat sekitar Kelurahan Bendungan. Tujuan dari pembuatan peta tersebut ialah sebagai dasar dalam identifikasi permasalahan penularan penyakit demam berdarah di Kelurahan Bendungan serta menjadi bahan masukkan bagi pemerintah desa/kelurahan untuk pengendalian kasus demam berdarah di masa yang akan datang. 

Penulis : Arif Rahman

Editor  : Reny Wiyatasari, S.S., M.Hum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun