Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - instagram : @studywithariffamily

Bekerja untuk program Educational Life. Penelitian saya selama beberapa tahun terakhir berpusat pada teknologi dan bisnis skala kecil. Creator Inc (Bentang Pustaka) dan Make Your Story Matter (Gramedia Pustaka) adalah buku yang mengupas soal marketing dan karir di era sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Belajar dari Bu Sayuma

2 Desember 2014   01:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:18 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dari tukang setrika Laundry, sekarang jadi Juragan Laundry

Perkenalkan, namanya Sayuma. Ibu 2 orang anak yang merantau ke Bali 7 tahun silam, tepatnya bulan Juli 2007 dari kampungnya dikawasan Madura. Saya mengenalnya ketika ibu Sayuma berkenan menjadi karyawan usaha laundry yang baru saja saya buka saat itu, dan dia adalah satu satunya karyawan yang bisa saya pekerjakan. Mmulai dari mencuci, seterika, terima customer sampai nyapu lantai, semua dirangkap sendiri. Diperiode awal tersebut, saya hanya bisa menggajinya Rp. 300 rb sebulan, dengan 1 seterika listrik dan 1 mesin cuci manual. Dan ketika hari pertama usaha Laundry tersebut beroperasi, omzetnya Rp. 12.000 rupiah dari penjualan jasa cuci bed cover. Saya masih mengingatnya dengan rinci hingga hari ini. Namun itulah satu-satunya hari dimana kami mendapatkan omzet Rp. 12 rb per hari, diperiode berikutnya, usaha ini tumbuh dengan menyenangkan.

Dalam hitungan bulan, kami bisa menambah aset berkali lipat, mesin dan meja seterika bertambah banyak, mesin cuci dan dryer pun hingga beberapa unit, sepeda motor untuk delivery pun ditambah tuk mempercepat layanan antar. Dan pada puncaknya, usaha ini sempat memperkerjakan 12 orang karyawan. Belakangan, ketika banyak yang mulai menyadari bahwa kawasan tersebut memiliki pasar yang menjanjikan untuk usaha laundry, maka pesaingpun bermunculan satu persatu disepanjang ruas jalan tersebut. Namun bukannya berbagi pasar, malah usaha ini makin berkembang dengan pasar yang semakin gemuk. Ibu Sayuma, adalah saksi selama 7 tahun usaha ini berperoperasi.

Tahun 2012 lalu, ibu Sayuma menyampaikan rasa terima kasihnya karena sudah bisa membangun rumah di kampung halamannya. Sementara bagi saya pribadi, Laundry ini merupakan laboratorium tuk belajar kewirausahaan, dari sinilah ide buku-buku saya bermunculan, dari sini kompetensi saya sebagai praktisi terasah, belum sempurna memang, tapi makin baik.

Namun dalam periode 7 tahun tersebut, tantangannya berbeda dengan ketika pertama kali mendirikan usaha. Saya merasakan, bahwa kapasitas bisnis dan kapasitas pemilik bisnisnya harus linier, dan seiring waktu, kadang ini tak berjalan seiringan. Coba perhatikan, jika ada anak juragan kaya, yang tanpa pengalaman kemudian mendapat modal besar dari orang tuanya tuk bikin usaha, maka yang dibikin adalah usaha berkapasitas besar, namun kapasitas pengusahanya –si anak tadi- masih ingusan, maka yang terjadi usaha itu bangkrut, kalaupun bertahan, tanpa profit dalam jangka waktu lama, sampai si pengusahanya berkembang kapasitasnya. Namun jika kapasitas pemilik usahanya berkembang lebih cepat dari kapasitas usahanya tuk berkembang, maka kemungkinan yang terjadi ada 2, pertama bisnisnya akan di upgrade agar naik kelas dan kapasitasnya meningkat, atau kedua, si pemilik bisnisnya loncat meninggalkan bisnis tersebut. Dan inilah yang terjadi pada saya hari ini.

Saya merasakan, kapasitas pribadi saya sebagai pelaku usaha meningkat, dan keputusan saya –yang oleh beberapa kenalan sangat disayangkan- menjual usaha Laundry yang membesarkan saya adalah pilihan paling baik. Dan orang yang paling tepat untuk mengakuisisinya, siapa lagi kalau bukan karyawan sendiri yang telah secara bersama ikut membesarkan usaha ini. So, hari ini, tadi.. saya menandatangai surat jual beli usaha Laundry yang telah memberi saya banyak hal, baik materi maupun pengetahuan yang tak ternilai. Dan yup, ibu Sayuma, per hari ini adalah pemilik baru usaha laundry yang bernama Rumah Cuci ini.

Bagi ibu Sayuma, ini adalah career path yang baik, tidak selamanya menjadi orang gajian, loncat kuadran dan menjadi pemilik usaha. Dan Saya pikir, ini adalah pola yang tepat tuk dilakukan oleh banyak orang di Indonesia. Memulai karir sebagai karyawan adalah kesempatan, namun mengembangkan karir sebagai pengusaha adalah pilihan. Berhasil atau tidak, itu jelas tantangan.

Terima kasih rumah Cuci Laundry, bersama kita sudah membersihkan yang “kotor-kotor” 7 tahun lamanya. Dan selamat ibu Sayuma, mudahan di tangan ibu Sayuma, laundry ini semakin berkembang dan terus mempertahankan visi kita, membawa dunia ini lebih bersih ^_^.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun