Pertama, produk asuransi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang baik di Indonesia.
Sejak tahun 2011 hingga 2014, aset industri asuransi konvensional mengalami pertumbuhan rata-rata yang mencapai lebih dari 16%, sebagaimana laporan cermati.com, yang mengutip Kepala eksekutif Pengawas IKNB Firdaus Djaelani dalam seminar Insurance Outlook 2016 di Jakarta.Â
Sedangkan pada tahun 2015, aset dan investasi industri asuransi konvensional hingga akhir September menunjukkan angka hingga mencapai Rp 765,6 triliun dan Rp 608,6 triliun.
Sementara, ironisnya, defisit BPJS Kesehatan mencapai Rp 49,3 triliun sejak 2015 (Kompas.com). Ketika perusahaan asuransi swasta berpesta, BPJS bermuram durja.
Ini yang membedakan?Â
Sebagai orang yang juga membeli produk asuransi swasta, memang terlihat jelas perbedaan keduanya, terutama dari sisi manajemen klaim.
Perusahaan asuransi swasta sangat ketat untuk proses pendaftaran keikutsertaan, mulai dari klasifikasi usia dan hak atas jumlah klaim yang bisa didapatkan, sampai dengan penolakan jika si pemohon asuransi adalah orang yang sudah sudah teridentifikasi tidak sehat.
Di BPJS, semua itu luluh, orang yang tak pernah memiliki BPJS, tapi karena terindentifikasi penyakit dan harus segera di operasi, maka hari itupun ia bisa mengurus kartunya, dan mendapatkan fasilitasnya, sekalipun baru hari itu pula ia membayar iuran atau preminya. Bukan hanya soal pengobatan, pun terjadi untuk kasus persalinan.
Yang kedua, ini Indonesia, negara yang belum semua masyarakatnya melek hidup sehat. Soal rokok saja, sebagaimana laporan KataData.com, Tiongkok dan Indonesia merupakan pasar rokok terbesar di dunia pada 2018.Â
Volume penjualan retail rokok di Tiongkok mencapai 2,35 triliun batang, sedangkan di Indonesia mencapai 316,1 miliar batang pada 2018. Volume penjualan rokok di Indonesia ini meningkat 32,8% dibandingkan 2017 sebanyak 238 miliar batang.
Belum lagi dengan pola menjaga makan atau hidup sehat. Indonesia menduduki peringkat ke 14 dari 15 negara di Asia Pasifik sebagai negara yang paling rendah tingkat kesehatannya, kata Kathryn Monika Parapak selaku Head of Brand and Communication dari PT. AIA Financial (AIA) kepada Kumparan.com.