Entah apa yang ada di benak ahli kimia berdarah Inggris ini, sejak kembali ke Coloane Village, sebuah desa kecil yang tenang di Selatan Macao, pada tahun 1979. Pria bernama Andrew Stow ini justru asyik bereksperimen, bukan dengan bahan  farmasi sebagaimana keahliannya, namun justru dengan telur , tepung, gula dan susu. Dan delapan tahun sejak kematiannya kemudian, hasil eksperimennya justru menjadi salah satu warisan dan ikon Macao paling legendaris.
Inilah yang menjadikan city state ini unik, karena cara terbaik untuk mengenal suatu daerah adalah melalui kulinernya. Pun dengan Macao, ketika ada seorang pharmacistberdarah Inggris, berkunjung ke Belem Portugal, jatuh cinta dengan budaya setempat, terutama ketika melihat Pasteis de Nata yang menyuguhkan kombinasi antara Espresso dan Egg Tart, dan menjadikannya 'tergila-gila' pada kudapan. 'Kafein dan gula' membuat Stow kemudian berpikir, mengapa makanan ini tidak tersedia di Macao, sebagaimana di ceritakan oleh Eileen Stow saudara perempuannya.
Dari sinilah kemudian berdiri Lord Stow's Bakery, yang menyuguhkan Egg Tart Portugis dan secangkir Espresso, dan rupanya digandrungi oleh masyarakat setempat, hingga beritanya menyebar ke Hongkong, mulailah orang berbondong bondong datang untuk mencicipi. Dua puluh lima tahun sejak Egg Tart pertamanya, kini Lord Stows Bakery memproduksi 13.000 tart per harinya, memiliki 8 outlet dengan 130 karyawan, dan memecahkan 8000 telur per jam-nya. Egg Tart Portugis ala Andrew Stow pun menjadi simbol Macao.
Andrew Stow sendiri tumbuh besar di Essex Inggris bersama dua orang saudarinya, sejak remaja ia sudah menghabiskan waktunya untuk bertualang, mulai dari bersepeda ke Jerman, hingga berkunjung ke Israel. Ia kemudian belajar kimia dan bergabung dengan sebuah perusahaan farmasi di Macao. Namun belakangan, Andrew mendirikan usahanya sendiri, di bidang makanan sehat yang sayangnya tidak berkembang. Andrew akhirnya mengambil pekerjaan sampingan di Hyatt Regency Hotel, dan berkawan dengan seorang Portugis yang kemudian memanggilnya dengan sebutan Lord Stow. Alasannya pun sederhana, Andrew kerap 'lorded control' di meja makan.
Egg Tart Portugis hanya satu dari representasi berkembangnya masakan Macao sebagai fusion food pertama di dunia, dengan pengaruh Asia dan Eropa yang kental. Inilah sebabnya, Simon Tam, kritikus makanan sekaligus Koki terlatih yang kini menetap di Macao mengatakan, perkembangan makanan di Macao berdasarkan kebutuhan, ketika pasukan Portugis yang datang ke wilayah ini membawa serta cita rasa masakan dari tempat-tempat yang sebelumnya mereka singgahi, seperti Malaka, Brazil, Angola, Goa dan Mozambik. Dan karena tidak banyak ada wanita Portugis, maka para tentara ini kemudian menikahi penduduk China setempat, dimana mereka dibesarkan dengan tradisi kuliner yang sama sekali berbeda.
Disinilah para istri kemudian diminta untuk membuat masakan asing, tentu saja mereka kesulitan untuk mencari bahan-bahan makanan yang sesuai, sepeti santan, kunyit, adas, kayu manis dan kelapa, yang akhirnya di ganti dengan bahan-bahan Asia yang mereka kenal. Racikan ini kemudian melahirkan masakan baru, kombinasi dari China Selatan dan Portugis, seperti Nasi Bebek, Daging Tacho hangat dan sayuran rebus dan Bacalhau(ikan kod asin). Termasuk teknik memasaknya, perempuan Macao di perkenankan untuk membakar atau memanggang terutama ikan. Dari sinilah wajah Macao kemudian terpatri, yang menyiratkan sejarah panjang dari cita rasa masakannya yang menarik.
Sejarah kulinernya memang tak tertandingi, dan menjadi alasan kuat untuk menjadikan Macau sebagai salah satu destinasi tujuan wisata. Namun bukan hanya itu, banyak peninggalan sejarah dari masa lalu yang juga masih di pertahankan, menjadi wariasan budaya yang di akui UNESCO, salah satunya adalah kuil A-Ma. Dari sinilah nama Macao berasal, pelaut Portugis keliru menafsirkan 'A Ma Gau' atau Teluk Dewi sebagai nama kota ini.
Warisan sejarah ini, sekarang sudah dilengkapi dengan moderenisasi yang glamor, mulai dari hotel-hotel kelas dunia, mal mal mewah, restoran fine dining, serta Menara Macao yang menjulang bak ingin menyentuh langit. Yang lebih fenomenal, setiap tahun digelar Macau Grand Prix, lomba balap mobil spektakuler yang banyak menarik penonton dari berbagai negara. Show bizini melengkapi eventkelas dunia lainnya, seperti Pertunjukan Kembang Api Internasional dan Festival Perahu Naga.
Dari tepi laut dengan bangunan kolonial yang terawat, hingga desa Coloane yang tenang di Selatan Macao, dimana barisan pengantre di Lord Stows Bakery selalu panjang sejak pagi, melihat kudapan yang hangat dikeluarkan dari oven-oven berukuran besar. Menjadikan Macao bukan hanya sebagai destinasi wisata yang berbeda, namun juga bak rumah yang memeluk hangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H