Mohon tunggu...
Arif Rachmatullah
Arif Rachmatullah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi UPI 2011

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Biji Sintetik: Alternatif Pengupayaan Konservasi Tanaman Langka Indonesia

3 Januari 2015   05:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:55 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan teknologi dalam ilmu biologi terutama bidang konservasi tumbuhan pada satu dekade belakangan ini semakin mengarah pada tingkat kemajuan yang luar biasa. Salah satu hasil yang membanggakan dalam perkembangan teknologi tersebut adalah dikembangkannya suatu biji buatan atau yang disebut dengan biji sintetik (synthetic seed/ artificial seed). Seorang peneliti dan pengembang biji sintetik asal India yang bernama Bapat, dalam studinya mengatakan bahwa biji sintetik ini dapat dijadikan sebagai salah satu metode perbanyakan tumbuhan yang mempunyai tingkat regenarasi dan reproduktif yang lama dan sulit dikontrol, terutama tanaman-tanaman langka endemik yang ada di Indonesia. Oleh karena itu dengan adanya teknologi biji sintetik ini, tanaman langka dapat diperbanyak sehingga studi pada kegunaan dan komposisi zat tanaman tersebut tidak terbatas oleh jumlah.

Biji sintetik ini pada hakikatnya merupakan pengembangan dari kultur jaringan pada tumbuhan, dimana setiap organ tumbuhan (akar, batang, daun dan bunga) dapat dijadikan sumber untuk pengembangan dan pembuatan biji sintetik ini. Hanya, perbedaan dengan kultur jaringan lain adalah dilakukannya enkapsulasi (pengkapsulan) embrio pada suatu media yang kaya akan nutrisi. Karena dilakukan pengkapsulan inilah maka bentuknya menyerupai biji sehingga dapat disebut dengan biji sintetik.

Gambar Sintetik Seed Pada Tumbuhan Anggrek

Tahap pembuatannya dimulai dengan pengkulturan sel dari organ tumbuhan misal daun dalam suatu media khusus dan dibawah kondisi steril dan aseptik. Sebagaimana kita ketahui bahwa sel tumbuhan mempunyai kemampuan untuk berkembang menjadi sel lain berdasarkan kondisi medium tumbuhnya, sehingga untuk mendapatkan embrio tumbuhan dari sel organ tumbuhan (somatik) maka media tumbuhnya harus mendukung diferensiasi sel tersebut. Salah satu hal yang berperan dalam diferensiasi sel tumbuhan menjadi tahapan embrio tumbuhan adalah hormon tumbuhan terutama auksin dan giberelin. Setelah sel tumbuhan menjadi embrio, pada tahap-tahap tertentu dari perkembangan embrio akan dimasukkan pada suatu larutan Sodium Alginate dan Kalsium Klorida yang nantinya akan terbentuk bulatan seperti manik-manik yang berisi embryo dan disebut dengan biji sintetik yang telah siap ditanam maupun disimpan terlebih dahulu dalam suhu 40C sebelum ditanam. Mantel kapsul yang terbentuk dapat menjaga sel embryo yang rentan dari kontaminasi oleh bakteri, alga dan jamur. Karena satu embryo dalam biji berasal dari satu sel, maka bisa dibayangkan banyaknya biji yang terbentuk dalam satu buah daun yang mempunyai jumlah sel yang banyak.

Biji sintetik ini telah berhasil dikembangkan pada beberapa tanaman yang perbanyakannya relatif susah dan lama seperti Alfalfa (Medicago sativa), Mint (Mentha anvensis), Pinus (Pinus radiata), Kol (Brassica oleracea), Nanas (Ananas comusus), beberapa jenis anggrek dan tanaman lainnya. Bahkan, peneliti bernama Hwang E.K dan para koleganya pada tahun 2005 telah berhasil membuat biji sintetik alga coklat Sargassum fulvellum, tumbuhan yang secara alami tidak menghasilkan biji. Sehingga dari beberapa keberhasilan tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa teknologi ini dapat digunakan dalam konservasi tumbuhan langka Indonesia yang sulit dikembangbiakan dan ditemukan misalnya Edelweis (Anaphalis javanica), Bunga Bangkai Rafflesia arnoldi dan Amorphophallus titanum, kantung semar dan lainnya. Selain dapat dimanfaatkan untuk konservasi tanaman langka, biji sintetik ini dapat digunakan untuk tanaman transgenik yaitu tanaman yang dikembangkan melalui suatu prosedur rekayasa genetika (genetic engeneering).

Meskipun telah banyak yang berhasil dalam pemanfaatannya, biji sitetik ini masih mempunyai beberapa masalah diantaranya viabilitas atau ketahanan hidup yang relatif rendah, adanya masalah pada jaringan yang aktif membelah, tanaman semakin rentan terhadap mikroba dan sifat toleran terhadap lingkungannya cukup rendah. Tetapi terlepas dari masalah tersebut, biji sintetik ini dapat dijadikan suatu alternatif perbanyakan tanaman langka dan tanaman pertanian yang lebih murah, praktis dan efisien dalam jumlahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun