Mohon tunggu...
Arif Prasetyo
Arif Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pascasarjana Unisma Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Belajar dan terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kombinasi Teori Belajar untuk Menyusun Model Pembelajaran

3 Januari 2022   11:54 Diperbarui: 3 Januari 2022   11:56 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dalam dunia pendidikan telah banyak bermunculan berbagai jenis teori belajar yang menjadi jawaban yang dianggap paling sesuai untuk diterapkan di sekolah pada waktu dan kondisi pada eranya masing-masing. Sejalan dengan berkembangnya jaman, sudut pandang, teknologi serta kebutuhan manusia mengakibatkan perubahan pandangan tentang konsep dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai oleh siswa. Sebagai contoh teori belajar behavioristik menjadi  salah satu teori pembelajaran yang dianggap sudah tua yang berkembang sekitar abad ke-19. Teori behaviouristik sudah dianggap ketinggalan jaman oleh beberap ahli, sehingga dikembangkan menjadi teori-teori baru yang dianggap lebih baik untuk digunakan dalam pembelajaran di era-era selanjutnya. Akan tetapi pada kenyataannya teori behavioristik masih banyak digunakan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) dunia pendidikan saat ini.

Berbagai macam teori belajar dikemukakan oleh para ahli psikologi, diantaranya teori behavioristik, nativistik, kognitif, konstruktivistik, humanistik, gestalt, dll. Berbagai teori ini sebenarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merubah aspek kognitif, afektif, serta psikomotorik menjadi lebih baik dari sebelumya. Perbedaanyanya terletak dari cara pandang terhadap apa dan bagaimana tujuan pembelajaran dapat dicapai. Hal ini terjadi karena persoalan yang dihadapi sebagai latarbelakang munculnya teori-teori ini juga berbeda.

Setiap teori belajara merupakan hasil jawaban dari permasalahan dalam dunia pendidikan yang dialami oleh para pencetusnya di era dan wilayah yang berbeda. Tujuan pendidikan maupun pembelajaran berubah seiring dengan perkembangan jaman, perubahan pola pikir, revolusi industri dan sosial, dan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Hal inimengakibatkan teori belajar yang ada ataupun yang pernah ada memiliki tiga kemungkinan, yaitu tetap digunakan, diubah atau disempurnakan, dan yang terakhir ditolak atau ditinggalkan.

Saat di bangku kuliah S1, banyak istilah-istilah dalam dunia pendidikan menjadi hal baru bagi mahasiswa jurusan ilmu kependidikan dan keguruan khusunya. Salah satunya tentang teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli psikologi. Beberapa mahasiswa menganggap teori-teori yang ada merupakan teori-teori baru, padahal tidak demikian.

Sebenarnya seseorang sudah mulai bersentuhan dengan implementasi dari teori belajar sejak usia dini. Saat dibangku TK, bahkan PAUD seorang guru mengajak belajar sambal bermain para siswanya juga menggunakan teori belajar yang ada. Hal ini dilanjutkan hingga pendidikan sekolah dasar hingga menengah atas. Jadi bisa dikatakan secara sadar maupun tidak, kita sudah berinteraksi dengan teori belajar.

Teori-teori ini kemudian diimplementasikan dalam penyusunan model pembelajaran dan turunannya mulai dari strategi, metode, teknik, hingga taktik pembelajaran. Dalam mengimplementasikan teori belajara, seorang guru bisa menerapkan secara utuh teori belajar yang ada, atau bisa saja melakukan kombinasi dari teori belajar yang ada. Sebagai contoh teori belajar behaviouristik yang diimplementasikan menjadi metode ceramah, kemudian teori belajar konstruktivistik yang diimplementasikan menjadi metode inkuiri. Secara sederhanas iswa diberikan kebebasan untuk memecahkan masalah secara mandiri dalam metode inkuiri. Apakah metode ini efektif jika digunakan pada materi yang benar-benar baru bagi siswa? Maka dari itu munkin metode inikuiri bisa disisipi dengan metode ceramah sebagai modal pengetahuan awal untuk peserta didik secara mandiri memperoleh pengetahuan selanjutnya dari materi yang diajarkan.

Setiap teori belajar memiliki keunikan serta keungglan masing-masing. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri juga bahwa setiap teori belajar juga memiliki kelemahan. Seorang guru dalam menyusun model pembelajaran hingga taktik pembelajaran harus memperhatikan penggunaan teori belajar yang digunakan. Seorang guru harus bisa melihat apa yang dibutuhkan oleh siswanya sesuai  dengan tujuan pembelajaran, serta situasi dan kondisi yang ada. Guru dituntut untuk kreatif dan inovativ dalam menggunakan teori belajar dalam menyusun dan mengimplementasikan model pembelajaran dalam KBM di kelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun