Mohon tunggu...
Arif Prabowo
Arif Prabowo Mohon Tunggu... Administrasi - UIN KH Abdurrahman Wahid, Al Ummah

Menyukai pengelolaan Sumber Daya Manusia, Keluarga, Keayahan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membentuk Karakter Anak melalui Keteladanan dan Pendidikan Berbasis Nilai

17 Agustus 2024   07:30 Diperbarui: 17 Agustus 2024   07:43 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bismillah

Mendidik anak bukan hanya tentang memberikan ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter mereka. Salah satu prinsip penting dalam pendidikan Islam adalah keteladanan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” Ini menekankan pentingnya keteladanan dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak-anak. Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan di mana ia melihat orang tuanya berperilaku dengan baik akan cenderung meniru perilaku tersebut. Oleh karena itu, orang tua harus menjadi contoh yang baik dalam setiap aspek kehidupan .

Selain keteladanan, pendidikan berbasis nilai juga sangat penting dalam membentuk karakter anak. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan empati harus diajarkan sejak dini. Penelitian dari Harvard University menunjukkan bahwa anak-anak yang diajarkan nilai-nilai empati sejak kecil cenderung memiliki hubungan sosial yang lebih baik dan lebih sukses dalam kehidupan akademis. Nilai-nilai ini tidak hanya membantu anak dalam kehidupan sosial mereka, tetapi juga membentuk fondasi untuk kesuksesan mereka di masa depan .

Di sisi lain, penting bagi orang tua untuk memberikan anak-anak mereka kebebasan yang terarah. Anak-anak harus diberi ruang untuk bereksplorasi dan menemukan jati diri mereka, tetapi tetap dalam kerangka nilai-nilai yang telah diajarkan. Hal ini sejalan dengan konsep pendidikan Islam yang menekankan kebebasan yang bertanggung jawab. Sebagaimana yang disampaikan oleh Al-Ghazali, seorang cendekiawan Muslim, pendidikan harus mampu menyeimbangkan antara kebebasan individu dan tanggung jawab sosial .

Pada usia yang lebih muda, pendidikan berbasis nilai dapat dilakukan melalui media permainan dan kegiatan yang menyenangkan (fun game), Misalnya: permainan yang melibatkan kerjasama tim untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain. Di sisi lain, kegiatan yang melibatkan tanggung jawab, seperti merawat hewan peliharaan, atau tanaman dapat membantu anak-anak belajar tentang tanggung jawab dan empati. Metode-metode ini tidak hanya efektif, tetapi juga membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan bagi anak-anak .

Kata kunci dan sekaligus tantangan terbesar dalam membentuk karakter anak adalah konsistensi. Orang tua harus konsisten dalam menerapkan nilai-nilai yang mereka ajarkan. Ketika anak melihat bahwa orang tuanya konsisten dalam bertindak berdasarkan nilai-nilai tersebut, mereka akan belajar bahwa nilai-nilai ini bukan hanya teori, tetapi prinsip hidup yang harus dipegang teguh. Konsistensi ini adalah kunci dalam membentuk karakter anak yang kuat dan berintegritas .

Pendidikan berbasis nilai tidak hanya memberikan manfaat bagi perkembangan individu anak, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan. Ketika anak-anak diajarkan untuk menghargai orang lain, bersikap jujur, dan bertanggung jawab, mereka akan tumbuh menjadi anggota masyarakat yang konstruktif. Penelitian yang dilakukan oleh World Economic Forum menunjukkan bahwa generasi muda yang memiliki nilai-nilai kuat cenderung berkontribusi lebih positif dalam masyarakat, termasuk dalam bidang ekonomi dan sosial .

Dalam konteks pendidikan Islam, membentuk karakter anak juga berkaitan erat dengan penanaman spiritualitas (baca: keimaman). Salah satu cara paling efektif untuk menanamkan spiritualitas pada anak adalah dengan mengajarkan mereka tentang hubungan mereka dengan Allah SWT. Anak-anak perlu memahami bahwa setiap tindakan mereka memiliki konsekuensi, baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini akan membentuk rasa tanggung jawab moral yang kuat pada diri mereka. Konsep ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan keselarasan ucapan dan perbuatan, juga bahwa setiap perbuatan, baik besar maupun kecil, akan diperhitungkan ( Al  Zalzalah: 7-8) .

Selain itu, orang tua juga perlu memberikan pemahaman tentang pentingnya akhlak yang baik. Rasulullah SAW adalah figur teladan  utama, beliau selalu menunjukkan akhlak yang mulia dalam setiap aspek kehidupan. Mengajarkan anak-anak tentang akhlak Rasulullah SAW tidak hanya memperkaya pengetahuan mereka tentang agama, tetapi juga membimbing mereka dalam membentuk karakter yang baik. Ketika anak-anak meneladani akhlak Nabi, mereka akan lebih mampu menghadapi berbagai tantangan hidup dengan bijaksana dan penuh integritas .

Seiring bertambahnya usia, anak-anak juga perlu diajak untuk memahami peran mereka dalam masyarakat. Pendidikan karakter harus mencakup pembelajaran tentang tanggung jawab sosial dan bagaimana mereka dapat memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitar. Program-program pengabdian masyarakat yang melibatkan anak-anak (secara kumunal bisa diprogramkan oleh sekolah, maupun organisasi pelajar) dapat menjadi salah satu cara untuk mengajarkan nilai-nilai ini. Misalnya, program seperti "One Billion Acts of Kindness" yang diperkenalkan di Amerika Serikat, atau “Perkampungan Kerja Pelajar” di Indonesia yang mengajak anak-anak dan remaja untuk terlibat dalam tindakan kebaikan yang berdampak luas, seperti membantu tetangga, merawat lingkungan, dan terlibat dalam kegiatan sosial. Program semacam ini dapat diadaptasi dan diterapkan dalam konteks Islam untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan yang berkelanjutan .

Tujuan dari pendidikan berbasis nilai dan penanaman karakter adalah untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, namun juga berakhlak mulia. Sebuah bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki generasi penerus yang kuat, berintegritas, dan memiliki moralitas yang tinggi. Dan ini semua dimulai dari bagaimana orang tua mendidik anak-anak mereka di rumah. Dengan memberikan keteladanan, mengajarkan nilai-nilai mulia, dan membimbing mereka melalui setiap tahap perkembangan, orang tua berperan penting dalam menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak dan masyarakat secara keseluruhan. Amal sholih yang dilakukan anak yang merupakan hasil "didikan" orang tua semoga menjadi amal sholih orang tuanya. (Bersambung, Insya Allah)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun