Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Meniup Angin

14 September 2022   09:26 Diperbarui: 14 September 2022   09:38 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, pixabay.com


Jemuran sepenuh lapangan tertiup angin menutup mata
Sekeliling jadi gelap
Indahnya bunga tak terlihat
Suara merdu tertutup pilu

Berteman bisu,
Setelah sekian buku dibacakan perlahan
Kata demi kata dieja
Dingin sejuk masuk ke telinga

Satu persatu lembaran sobek
Diremas, dilempar
Bak sampah jadi tempat singgah,
Sebelum ludes terbakar curiga dan amarah

Kita pernah berdiri di tengah bencana
Menyaksikan wajah-wajah terluka
Airmata, histeria, amuk masa
Hanya untuk menyelamatkan diri semata

Waktu pun berlalu, kesempatan datang jatuh sederas hujan
Kita hanya berteduh
Sementara orang lain mengambil bejana,
Mengisi kemudian menyimpannya

"Kuperhatikan sejak tadi, Kau tak serius..."

Tb, 14 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun