Malam mulai berlalu dengan cerita pilu;
Dalam kamar yang terkunci rapat
Gemericik air terjun pada waktunya seharus tumpah
Dua anak manusia penghuninya
Mereka tidak sedang mabuk asmara
Tidak juga melepas rindu membiru
Hanya ada hak dan kewajiban
Sudah selayaknya terjun bebas jadi pilihan
Terjatuh di semak, ia akan selamat
Nyangsang di atas dahan, ia masih bisa bergelantungan
Lalu minta pertolongan
Kawanan nyamuk menyisi, malu
Kecoa, lipan, cecak, tentu saja enggan mendekat
Takut kualat, begitu katanya
Remang cahaya lampu, siapa yang peduli
Yang ia tau
Air terjun mengucur deras tanpa hambatan melibas
Desah kesakitan terdengar, tapi tak menyiksa
Jika nantinya ditanya
Ia pasti hanya tersenyum manja
Inilah rahasia hal dan kewajiban
Lalu gemericik air mulai terdengar
Mula-mula pelan
Samar-samar
Napas memburu membakar
Mendidih
Berasap
Kemudian terdengar teriakan nyaring
Ia lupa sekeliling
Layaknya moncong teko di atas tungku
Siulan nyaring mengagetkan, bahkan bagi yang sedang terlena dalam mimpi
Sudah?
"Ya, aku sudah," katanya
Malam mulai berlalu dengan cerita pilu;
"Almarhum pernah seperti ini?" tanyanya
Aku harus bilang apa?
Haruskah aku ceritakan detail sampai jumlah tetes-tetesan dan warnanya,
Begitu juga aroma yang membuat merah pipi merona?