Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Saksi yang Tersisa

24 Maret 2021   06:23 Diperbarui: 24 Maret 2021   06:29 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saksi yang Tersisa

Ia masih tak berubah sedikit saja
Pernah geli menikmati tingkah kita
Nakalnya bocah teka
Binalnya kuda gila
Puting beliung terjang rumah-rumah warga
Mengaduk-aduk rasa
Saat dua nyawa duduk di sana
Entah karena cinta
Atau sekadar napsu lelaki dan perempuan dewasa
Menjadi istimewa

Sepuluh tahun lalu,
Tiga tahun lalu
Dan saat ini aku berdiri menatap pilu
Di mataku masih duduk di situ
Berharap terulang masa itu
Seolah kuasa memutar sejarah syahdu
Kau dan aku

Empat puluh tiga teman jadi saksi keintiman
Dalam sebuah pesta pelatihan
Cinta liar jadi selingan

Dan kita lupa!
Ada nyawa lain memegang janji setia
Kau dan aku masing-masing ada dia
Kita lupa telah melalukan dosa

Kini, saat mendekati senja
Layar ingatan ingin melupakan semua
Sayangnya tak bisa
Satu sesal telah kita coba
Saling melupakan peristiwa
Berusaha mencuci mata
Isi kepala
Lewat aksara dari Tuhan semesta
Kita masih tetap berusaha
Memohon ampun sepanjang sisa usia

Saat ingat, pertanggungjawaban akan kita terima
Airmata menetes menyesalinya
Seperti telur pecah di lantai,
Semakin lama akan membusuk
Bau tetap akan menyebar kemana-mana
Menyebar dalam dada
Mengganggu amal ibadah kita

Kau dan aku masing-masing ada dia
Walau tak paham buih mendidih dalam rongga dada
Ia akan tetap merasa,
Dinginnya sajian malam sisa
Meminta maaf, itu saja
Saksi yang tersisa
Membimbing kita menjadi lebih baik nantinya
Untuk tidak mengulangi, atau bercerita

Dan noda ini akan membekas kuat menjadi nyawa

Tb, 24 Maret 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun