Di Ladang Ini
Cangkul jatuh di tanah basah
Lahir menjadi ragam tumbuhan
Kita tak tau mana yang berbuah racun
Lalu menyesatkan
Bahkan mematikan
Mana yang memberi manfaat
Bisa disantap
Hijau daunnya seragam
Bagi mata jalang
Ia adalah sebuah kenikmatan
Bagi mata sendu
Sungguh sangat menyakitkan
Mengiris-iris hingga ulu
Berhari-hari
Entah sampai kapan terakhir kali
Tumbuh satu daun
Sebentar kemudian dipamer-pamerkan
Tumbuh daun dua
Lalu dijaja-jajakan
Keringat jatuh berkuah peluh
Luruh seperti daun tua
Tak pernah dirasa
Maka lahirlah dari rahim ladang
Cerita nyata hingga hayalan belaka
Dari haru biru
Hingga sukacita
Dalam banyak dialektika
Tak terasa musim panen tiba, daun satu persatu menguning
Seragam ditinggalkan atau dibuang
Buah-buah jadi santapan membuat kenyang
Jadi darah jadi daging
Membentuk napas dalam jaring
Mengalir ke mata mereka sebut cara pandang
Mengalir ke otak ia sebut intuisi
Dan saat mengalir ke sanubari
Ia hanya diam
Tak berani memberi istilah untuk yang satu ini
Tb, 25 Pebruari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H