Tentang Banjir
Banjir telah jadi buah bibir, matang menghiasi meja-meja makan. Yang kenyang dipaksa tetap menelan, hingga isi kepala tenggelam
Layanan pesan antar sedang menawarkan diskon, sajian banjir di rak-rak motor penuh, keluar masuk kampung, hingga menyelinap di kamar-kamar.
Menjadi gambar, menjadi harga tawar menawar, menjadi urat leher membesar, menjadi kelopak terbelalak lebar
Yang mereka butuhkan selimut tebal atau mie instan, juga botol-botol penuh berisi air mineral, bukan saling juara, adu logika
Kita sedang berada di mana?
Sebagai penonton, atau yang memohon
Banjir akan pergi bersama angin semilir, sebentar
Saat langit tak butuh cerita lagi
TB, 22 Pebruari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H