Badut dan Uang Receh
Badut mulai memasang aksi. Berangkat pagi, setelah dini hari berunding untuk mengakali. Jangan sampai tertangkap tangan atau kepergok transaksi
Dari satu tempat parkir ke tempat parkir lainnya. Badut memasang mata
Bergebok-gebok uang dalam karung. Bergembok-gembok perundung
Akan bertukar entah pada siapa
Ia yang pernah berkhutbah tentang kebajikan
Ia yang pernah berkhutbah tentang kejujuran
Ia yang jadi panutan
Ia yang jadi teladan
Ia yang jadi pimpinan
Ia adalah yang tertangkap tangan
Ia bukan badut sebarangan
Semua mata uang adalah receh di matanya
Semua nasib orang adalah receh di matanya
Semua kesengsaraan akibat perbuatannya adalah receh di matanya
Jangan-jangan bukan yang lain
Jangan-jangan ia adalah receh sebenar-benarnya
Setiap hari pasang aksi
Setiap hari becermin di depan cermin
Setiap hari menutupi bayangnya dari sinar matahari
Ia adalah badut sejati
Yang kini sedang membela diri
Yang kini sedang ingin membeli
Yang kini ingin cuci tangan.dan lari
Kita sebagai saksi
Hanya mampu menatap dan menutup diri
Jika tidak?
Kitalah yang balik akan dikebiri
Karena semua adalah receh baginya
Apalagi kita
Sereceh-receh di depan matanya
TB, 21 Pebruari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H