Penambak di mana pun di dunia ini, demikian juga peternak jenis hewan apa pun akan merasa bagaimana rasanya menjaga agar hewannya tetap hidup, tetap sehat dan segera besar hingga bisa dipanen.
Kebiasaan makannya menjadi nomor satu. Tak akan ada kehidupan jika tidak ada makanan. Kebiasaan makan manusia ada yang tiga kali, dua kali, dan jarang banget hanya sekali makannya. Jika pun ada pasti akan tampak kurus.
Beda halnya jika yang disebut makan di sini hanya makan nasi. Sehingga ada yang berkata, "Saya sudah tiga hari nggak makan, nyatanya sehat bugar." Memang sehat, wong makannya lontong sama sate, bukan nasi.
Demikian juga merawat kucing. Kucing juga butuh makan. Seliar apa pun kucing. Kucing milenial memang beda. Tidak seperti kucing zaman bahula. Ada tikus, tikus disergap. Ada burung, burung diintip hingga dapat.
Kucing sekarang, dengan tikus kadang berteman. Malah sahabat kariban. Wong sering aku temukan malah besarnya kucing dan tikus hampir sama. Entah karena kucingnya takut hingga mau tidak mau harus dijadikan teman. Atau memang kucingnya sudah memiliki perikebinatangan. Jadi gak tega memangsa sesama penghuni pekarangan.
Beda dengan manusia, semakin ke sini semakin biadap. Perikemanusiaanya seolah hilang. Jangankan anak tetangga, anak sendiri aja kadang ada yang disikat. Jangankan harta milik negara, harta milik tetangga aja diakalin biar jadi miliknya.
Waduh! Ngelantur aku. Soal perikebinatangan dan perikemanusiaan disebut-sebut. Yuk kembali ke masalah merawat kucing liar.
Para penambak degan gigih merawat ikan di kolam mereka, sehari kadang ada yang memberi makan berkali-kali. Tak cukup dengan satu jenis makanan. Ada yang mencampur makanan dengan nutrisi tersendiri. Harapannya hanya satu, agar lekas besar dan bisa segera dipanen.
Setelah panen, dijual kemudian dihitung berapa untung dan berapa ruginya. Jika ternyata pakpok, ngomelnya sepanjang jalan. Apalagi jika rugi, segala hujan dan kemarau disumpah-sumpahin.
Demikian jiga mereka yang memelihara kambing, setiap hari harus berjibaku mencarikan rumput. Gigitan nyamuk ditahan demi dapat rumput yang banyak.
Tidak hanya sehari sekali. Ada yang dua kali sehari mencari rumputnya. Dengan alasan agar rumput tetap segar dan kambing dapat makan rumput segar dengan lahap. Tujuannya hanya satu, agar kambing tetap sehat, segera bunting dan beranak pinak. Setelah besar, dijual atau dipotong dan dikonsumsi dagingnya.