Baru saja
Ia berjalan petantang petenteng
Di tengah pasar
Sebentar lagi gembok toko dikunci
Pasar hampir berakhir
Ia tak menyadari
Kacamata hitam besar menutup muka
Headset menggamit kepala
Seolah wartawan yang serba bisa
Tangannya menunjuk-nunjuk
Sambil berkata
Akulah penentu segalanya
Padahal orang tau
Ia sedang kelaparan
Ia sedang kehausan
Pada matanya
Pada telinganya
Apalagi perut dan semua isinya
Kekalahan demi kekalahan
Disembunyikan di balik jaket seragamnya
Tanpa alas kaki ia berlari
Entah bumi mana akan menerimanya
Lalu bumi berteriak, "Telapak kakimu najis bagiku. Aku tak ingin daging kotor itu menyentuhku."
Kehinaan apa yang telah bercampur dengan daging dan tulangnya?
Terlalu amiskah bau darahnya
Sehingga bumi begitu murka
Ada yang berkata, "Kakinya telah menginjak-injak rumput hingga akar-akarnya. Mati! Biji dan tunas dibakar habis. Ia sengaja melakukannya, karena dikira rumput tersebut akan menutup dan memasung tubuhnya."
Tb, 1 Jan 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H