Mohon tunggu...
Arif Nur Kholis
Arif Nur Kholis Mohon Tunggu... -

Seorang multi minat yang sebenarnya bingung minat aslinya apa. Tinggal di Yogyakarta, asal Kendal -Jawa Tengah. Tukang nonton Film, baca Novel, dan sempat jadi relawan ketika terjadi Gempa Bumi Yogyakarta,Tasikmalaya dan Sumatera Barat. Senang Traveling, aktif di Pusat Studi Falak di sebuah perguruan tinggi, sedang belajar memotret dan lagi coba mengembangkan tulis-menulis. Sekarang sedang mengembangkan sebuah travel adventure orgaizer di Pulau Lombok bernama "Rinjani Magazine" dan jadi pendamping beberapa institusi pendidikan,kesehatan, sosial dan bisinis yang sedang mengembangkan manajemen website-nya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Takbir Diteriakkan Atas Dasar Pertumpahan Darah

21 Agustus 2013   04:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:02 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Salam .... sepertinya kok kondisi dunia semakin memprihatinkan.. , banyak orang dalam kelompok-kelompok mereproduksi semangat untuk beraksi, berteriak, marah hingga ajakan "berperang" atas dasar pertumpahan darah.


Ada sekelompok teman simpatisan Partai yang konon sejalan dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir yang bersemangat besok siang turun aksi atas nama solidaritas tumpahnya darah para demonstran di Mesir. Pekan lalu aku sempat berada di sebuah komunitas Syiah yang memperingati 1 tahun meninggalnya saudara mereka yang meninggal akibat kerusuhan di Sampang, juga dipenuhi pidato solidaritas atas nama pertumpahan darah. Jadi ingat,.... jaman dulu anak-anak SMA juga saling serang atas nama darah.

Bukankah politik "darah dibalas darah" ini yang memecah belah umat manusia ? Bukankan Malaikat bahkan memprotes Tuhan ketika akan menciptakan manusia karena (dianggap akan) suka menumpahkan darah ? (QS. 2:30) . Benarkah ini pilihan hidup yang layak kita lakukan sekarang ?

Maaf, bukannya mengecilkan meninggalnya saudara - saudara di mesir yang membela keyakinan mereka. Insya Allah mari kita berprasangka aksi itu diawali dari proses mengkaji bersungguh-sungguh sehingga mendapatkan nilai ijtihad, sehingga kegiatannya bernilai jihad dan kematiannya bernilai syahid. Tulisan ini hendak mengajak berfikir untuk mencari jalan keluar dari masalah, termasuk juga masalah yang sedang dialami orang-orang Syiah dan warga Sunni di Sampang yang juga berkonflik.

Mari berfikirlah tentang masa depan umat manusia. Bagaimana manusia yang hukum asalnya Kholifah di muka bumi (QS. 2:30) benar-benar membawa kemaslahatan di muka bumi. Setiap manusia yang lahir dengan kesaksian keimanan ketika ruh ditiupkan (Al A'raf 172) tentu ketika lahir beragama apapun, berkeyakinan apapun akan memiliki kecenderungan universal melalui nuraninya. Jelas tidak semuanya sama, jelas juga tidak semuanya mengenal atau mengimani Al Qur'an. Namun semuanya jelas memiliki nurani ketuhanan, akan berbuat baik, berkomunikasi membangun kebaikan. Tentang ujung pencarian masing-masing tentu ini urusan Hidayah yang merupakan Hak Prerogratif Allah SWT. Kewajiban kita untuk tidak lelah saling ingat mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran (QS. Al ‘Ashr) .

Sehingga,.... masih perlukah kita terus membakar semangat kita dengan motivasi darah dibayar darah ? Perlukah kita terus menceritakan kepada anak-anak kita bahwa mereka lahir untuk membalas dendam tumpahnya darah nenek moyang mereka karena dibunuh dimasa lalu ? Akankah kita hidup terus jebakan dendam itu ?

Bukankah Allah SWT memintai kita menjadi orang-orang yang pengampun. Bukankah kita memiliki tugas utama untuk menjadi khalifah Allah di muka bumi ? Bukankah kita memiliki tugas menjadikan diri sebagai bagian dari ummat yang terbaik ?  (Q.S. Ali Imran 110) . Bukankah untuk menuntaskan tugas tugas itu sebelum ajal menyambut kita akan sangat berat sekali ? Berat untuk mendidik kita menjadi berilmu, berat untuk mendidik kita (setidaknya) bisa memilih ijtihad yang terbaik (karena banyak ijtihad yang ditawarkan), atau mungkin bahkan mendidik diri menjadi mujadid dengan memenuhi persyaratannya. Berat untuk menjadi sabar mewuudkannya. Berat untuk menjaga keistiqomahan berjuang mewujudkannya.

Sekali lagi mohon maaf kepada saudara - saudara yang sedang bersemangat untuk berjihad secara fisik. Saya akan sangat menghormati bila diawali benar-benar dari sebuah kajian panjang tentang keilmuannya sehingga bernilai Ijtihad, aktifitasnya bernilai Jihad dan kalau meninggal akan bernilai Syahid. Saya sungguh iri bila memang begitu prosesnya. Namun saya akan sangat sedih bila tidak melalui proses keilmuan yang kuat, bahkan cenderung taklid entah itu kepada Kyai, Ustadz, Murobbi, Pemimpin Organisasi , atau apapun sebutan yang dibuat oleh masing-masih kelompok.


Saya hanya mengingatkan, risalah manusia di muka bumi sedemikian berat dan tidak bisa diambil dengan jalan pintas, apapun itu. Syarat dasar keilmuan masing-masing pilihan tindakan bila ingin dinilai Jihad sangat berat. Aktifitas akhirnya masing-masing orang bisa sama, tapi bila dasar keilmuannya berbeda, kok saya khawatir nilainya bisa jauh berbeda. Katakanlah sama-sama berperang memerangi kaum (yang disebut) mengancam agama Allah, bila tidak dilandasi keilmuan yang memadai tentu akan bernilai berbeda dihadapan-Nya.

Risalah kemanusiaan sebagai Kholifah di muka bumi ini sangat berat. Bahkan menjaga agar Shalat kita tetap dihitung, tidak termasuk orang merugi, dengan komit untuk tidak mengabaikan anak Yatim dan orang Miskin (atau mereka yang diyatimkan dan dimiskinkan, Du'afa dan Mustad'afin) saja sangatlah berat.

Syahid memang mulia, tapi kriterianya benar-benar hanya Allah SWT yang bisa menilainya. Sementara dihadapan kita terbentang agenda kemanusiaan yang terbentang jelas, berat dan panjang untuk sekedar menyelamatkan Shalat kita dengan tidak mengabaikan orang miskin dan anak yatim (Al Maun). Terbentang jelas, berat dan panjang untuk mencegah kerusakan terus terjadi di muka bumi (Ar Rum : 41) sehingga kerusakan ekologis (dan juga moral) bisa kita tekan dan terhindar dari bencana. Terbentang jelas, berat dan panjang perintah untuk terus membaca, belajar, terus mensucikan nama Allah SWT (Al Alaq).  Terbentang jelas, berat dan panjang risalah untuk menjadikan diri kita contoh mahluk terbaik yang peradaban manusia akan mencatatnya sebagai referensi bentuk kemaslahatan umat manusia (Q.S. Ali Imran 110).

Sekali lagi saya nyatakan. Saya memahami suasana batin saudara saudara yang saat ini marah karena pembantaian di berbagai tempat di dunia ini. Atas nama apapun. Apapun agama, aliran, keyakinan, partai, mahzab, suku dan nasab saudara-saudara. Saya hanya merenung dini hari ini, prihatin untuk mencari jalan keluar dari berbagai pertikaian antar manusia, juga antar muslim sendiri yang terus diingat ingat turun temurun hingga mengabaikan banyak sekali tugas kekhalifahan di muka bumi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun