Mohon tunggu...
Arif Nur Kholis
Arif Nur Kholis Mohon Tunggu... -

Seorang multi minat yang sebenarnya bingung minat aslinya apa. Tinggal di Yogyakarta, asal Kendal -Jawa Tengah. Tukang nonton Film, baca Novel, dan sempat jadi relawan ketika terjadi Gempa Bumi Yogyakarta,Tasikmalaya dan Sumatera Barat. Senang Traveling, aktif di Pusat Studi Falak di sebuah perguruan tinggi, sedang belajar memotret dan lagi coba mengembangkan tulis-menulis. Sekarang sedang mengembangkan sebuah travel adventure orgaizer di Pulau Lombok bernama "Rinjani Magazine" dan jadi pendamping beberapa institusi pendidikan,kesehatan, sosial dan bisinis yang sedang mengembangkan manajemen website-nya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manusia Ada karena Pengabdiannya

30 Agustus 2013   19:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:35 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kita memiliki masing - masing fase dalam hidup yang kadang kita sendiri tidak bisa mengerti begitu saja, mengapa fase itu harus kita alami. Kesulitan demi kesulitan hidup bisa kita lalui yang dahulu  kita sendiri tidak menyangka bisa melaluinya. Umur manusia jelas tidak ada yang tahu kecuali Sang Pemilik Waktu. Rahasia mengapa dalam sepenggal umur yang tidak panjang ini kita harus mengalami pengalaman demi pengalaman inipun tidak bisa serta merta kita ketahui, kecuali oleh Sang Penentu Waktu. Namun, seberapa panjang umur kita, seberapa sulit cobaan yang kita hadapi, ada satu hal yang seharusnya menjadi visi hidup kita : Kita ada karena pengabdian kita !

Alangkah rugi, dalam umur yang pendek, seorang anak manusia tidak sempat memiliki kredit pengabdian. Alangkah kasihannya, anak cucu dan keturunan seseorang yang mati dengan tidak bisa membanggakan bapan dan kakek mereka memiliki sejarah pengabdian. Alangkah sedihnya seorang anak yang terlahir ditengah keluarga yang tidak sempat mencatatkan diri dalam sebuah pengabdian.

Pengabdian adalah wujud eksistensi manusia. Manusia bisa dimaknai tidak sekedar jasad dengan aktifitas biologis semata karena memiliki visi dan peran pengabdian. Setiap kita, segala kompetensi yang kita miliki, sependek umur yang kita alami, usahakan memiliki kredit pengabdian.

Sebuah pengabdian bukanlah menjadi abdi yang berarti budak. Sebuah pengabdian adalah sebuah upaya memenuhi esensi diri bahwa dalam hidupnya yang pendek manusia harus berguna kepada manusia lain dan lingkungan. Dengan melakukan segala hal sebagai wujud pengabdian, maka semua akan bernilai positif dalam sejarah hidupnya, meninggalkan nama harum untuk anak cucu, menginspirasi kebaikan dan menjadikan keluarga teladan akan pengabdiannya.

Kadang sebuah pengabdian akan bertemu dengan sebuah tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar. Begitulah fitrah para pengabdi, setia kebaikan akan bertemu dengan perlawanan. Anggap saja perlawanan itu ujian konsistensi komitmen sebagai seorang pengabdi. Anggap saja para penentang itu memang diutus hadir dalam kehidupan kita untuk menguji seberapa besar kekuatan kita dalam pengabdian. Anggap saja tuduhan itu hadir untuk menjadikan kita pribadi kuat , konsisten dan tegar menghadapi segala ujian yang kemudian akan hadir dalam fase kehidupan berikutnya.

Senyumlah para pengabdi. Katakan pada dunia dirimu ada untuk menjadikan dunia ini menjadi lebih baik. Dunia akan terus berjalan baik karena ada dirimu atau tanpamu. Tapi dengan keikhlasan pengabdianmu, dunia akan tersenyum, dunia akan terus berharap dirimu menebarkan senyum, dunia akan mengerti pada akhirnya bahwa pengabdianmu tulus, walaupun badai menerjang, bahkan hingga diakhir masa pengabdianmu.

Tunaikanlah segala janji pengabdianmu, cukuplah Allah SWT dan orang - orang yang beriman yang akan menjadi saksinya.  la khaula wala quwwata illa billah

---

Untuk seorang sahabat yang segera mengakhiri sebuah janji pengabdiannya dan selamat menuju fase pengabdian berikutnya :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun