Mohon tunggu...
Arif Nasiruddin
Arif Nasiruddin Mohon Tunggu... Administrasi - Buruh ketik kantor pemerintah

Penglaju Bantul-Jogja PP, penggiat pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak..

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rumah Indah di Depan Masjid Syuhada'

14 Agustus 2018   17:21 Diperbarui: 14 Agustus 2018   19:31 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di depan Masjid Syuhada ada sebuah rumah, "sebuah rumah yang indah";  setidaknya demikian menurut saya.  Selalu Saya katakan, "Rumah Itu Indah..ya.." setiap saya selesai sholat di masjid itu dan keluar masjid. 

Lama saya pandangi rumah itu dan selalu saja saya kagum dengan rumah itu. Beberapa kali saya berkata ke istri saya, "kalau rumah ini dijual dengan harga murah, pasti saya yg pertama antri untuk membelinya...." dan sesaat kemudian istri saya tersenyum sambil berkata, "mana mungkin rumah indah di pusat kota dengan bangunan yang bagus itu dijual dengan harga murah.....".

Dan memang benar, kalaupun rumah itu dijual, keinginan untuk membeli rumah indah di depan Masjid Syuhada itu hanya mimpi di siang bolong mengingat tebal dompet saya yang tidak seberapa. Dalam perkiraan harganya, tak mungkin kiranya di bayar dengan kondisi dompet saya, walaupun dicicil sampai pensiun juga tidak terbeli, kecuali hanya Tuhan memberikan jalan yang tidak biasa saja kemungkinan rumah itu dapat terbeli.

Rumah indah itu selalu sepi, setidaknya setiap saya memandangnya, tak pernah terlihat penghuninya berada di luar rumah,  walaupun begitu,  taman rumah itu selalau terawat; tak terlihat seperti rumah yang kosong tetap indah walaupun sepi.   Feeling saya mengatakan rumah itu akan dijual, entah kapan entah harganya berapa....

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Sampai minggu lalu ketika saya sholat di Masjid, saya melihat ada tempelan di depan rumah itu.  Tulisan itu berupa penawaran untuk wakaf membeli rumah itu untuk dipergunakan masjid sebagai Syuhada Center. 

Saya pun tersenyum, karena bagi saya itu sebuah jawaban. Walaupun Allah tidak memberi kesempatan saya umtuk memiliki rumah itu, namun Allah menemukan ku dengan jalan untuk ikut membeli rumah itu untuk yang mungkin lebih bermanfaat bagi lebih banyak orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun