Mohon tunggu...
Arif N
Arif N Mohon Tunggu... Akuntan - #PASER

-

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

PBV yang Menipu!

15 April 2021   12:55 Diperbarui: 15 April 2021   13:09 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.powerengineeringint.com/

PBV atau Price Book Value atau dalam bahasa indonesia berarti perbandingan harga di pasar dengan nilai buku perusahaan. Dalam menganalisa sebuah perusahaan biasanya investor banyak menggunakan metode PBV ini karena perhitungannya lumayan mudah dan bisa di bandingkan langsung dengan ekuitas dari sebuah perusahaan.

Jadi untuk menghitung PBV ini biasanya kita mesti ketahui dulu berapa nilai buku dari sebuah perusaahaan tersebut kemudian dibandingkan dengan harga pasar saat ini (perhitungannya tidak kita bahas disini nanti terlalu teoritis dan bikin males baca hehe).

Tapi tahukah kalian bahwa kebanyakan PBV adalah menipu, jadi sangat tidak dianjurkan jika hanya menggunakan pendekatan ini untuk menilai valuasi sebuah harga saham apakah mahal atau murah, perlu disandingkan dengan pendekatan lainnya.

Sederhananya begini jika ada sebuah perusahaan memiliki nilai PBV 1 atau lebih rendah lagi maka perusahaan tersebut dihargai wajar atau lebih murah dari harga sebenarnya, karena memiliki harga lebih murah dari nilai ekuitasnya begitupun sebaliknya jika sebuah perusahaan memiliki nilai PBV 2,5 atau lebih tinggi lagi maka perusahaan tersebut dihargai mahal dipasar dan sahamnya tidak layak kita beli, tapi juga perlu diperhatikan beberapa sektor memang memiliki rata -- rata PBV yang lebih tinggi dari pada sektor lainnya.

Yang akan kita bahas adalah kenapa ada sebuah PBV yang menipu dan tidak sesuai dengan yang sebenarnya, dalam sebuah buku yang ditulis Peter Lynch "One Up On Wall Street" dijelaskan bahwa bisa saja sebuah perusahaan yang memiliki nilai PBV 1 sebenarnya memiliki nilai lebih rendah lagi dari itu, sebagai contoh jika ada sebuah perusahaan memiliki aset 1 trilyun kemudian perusahaan tersebut memiliki utang 300 milyar maka nilai dari ekuitas perusahaan tersebut adalah 700 milyar, yakin memiliki nilai 700 milyar ???? belum tentu .... Karena ekutias tersebut berisi aset-aset dari sebuah perusahaan yang bisa jadi harganya lebih murah dari nilai sebenarnya.

Biar lebih jelas saya akan buat analogi begini, sebuah pabrik yang baru berdiri tentu memiliki mesin-mesin yang dipergunakan sebagian operasional  untuk menunjang opersional usahanya, harga mesin tersebut adalah 100 milyar kita kesampingkan dulu depresiasi (penyusutan) dari nilai mesin tersbut kemudian karna suatu hal perusahan tersebut pailit, dan harus melikuidasi aset asetnya, yakin mesin tersebut akan kembali terjual 100 milyar?? Atau mungkin 90 milyar?? Tentu saja akan terjual jauh lebih rendah dari itu, karena mesin tersebut akan sulit dijual karena memiliki spesifikasi khusus yang hanya beberapa orang/perusahaan yang bersedia membelinya bahkan dibeberapa kasus dalam buku tersebut beberapa perusahaan tidak mampu menjual kembali mesin-mesinnya sehingga menjadi barang yang tidak bernilai sama sekali.

Jadi ketika seorang investor hanya menggunanakan pendekatan PBV dalam menganalisa sebuah perusahaan ini sangatlah tidak dianjurkan dan bahkan bisa dikatakan sangat berbahaya, karna beberapa perusahaan memiliki nilai PBV yang sebenarnya jauh lebih rendah dari yang tercatat di buku mereka . ..

Selamat berinvestasi dan sukses selalu ... !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun