Jujur saja, untuk tema kompasiana pada hari ini saya agak bingung bagaimana menuliskannya. Temanya adalah mengenai hadiah lebaran yang paling berkesan. Tidak ada masalah dengan temanya memang, hanya saja seumur-umur saya hidup di dunia ini, rasa-rasanya belum pernah dapat hadiah lebaran yang begitu spesial sehingga sangat berkesan dan membekas di sanubari. Boro-boro dapat yang spesial, lha wong dapat hadiah lebaran juga tidak pernah.
Mungkin yang sedikit mendekati adalah semasa saya masih kecil, suka dibelikan baju baru sama orang tua. Apakah itu juga termasuk hadiah? Saya kira tidak. Beli baju baru di lebaran memang sudah jadi habit bagi masyarakat kita di mana-mana. Namun, bila orang menganggap itu hadiah, juga sah-sah saja. Tergantung dari sudut masing-masing bukan?
Walau memang faktanya saya tidak pernah mendapatkan hadiah yang begitu spesial dan berkesan ketika lebaran, tapi setidaknya saya pernah merasakan momen spesial yang berkesan. Itu adalah ketika semua anggota keluarga bisa berkumpul bersama di hari yang fitri.
Sungguh, untuk saat ini saya bisa katakan sulit. Tidak bisa terjadi seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Karena situasi dan kondisi juga berbeda. Jauh berbeda. Kalau dulu jumlah keluarga masih utuh, sekarang sudah tidak. Kalau dulu presidennya masih Pak SBY, sekarang udah Pak Jokowi. Kalau dulu orang kirim doa lewat sembayang, sekarang lewat status medsos. Kalau dulu bocah-bocah suka main perang-perangan, sekarang sukanya main mobile legend.Â
Yang masih sama mungkin hanya para koruptor saja yak, Â yang dari dulu sampai sekarang ga pernah habis-habis, malah turun temurun,udah kayak warisan. Dan kalau ketangkep KPK masih tetap senyum-senyum dan melambaikan tangan. Sungguh konsisten sekali bukan?Â
Kok jadi ngelantur sih. Â Â
Baik, kembali ke keluarga. Intinya semua sudah berbeda.
Keluarga saya memang tidak besar-besar amat. Layaknya keluarga Indonesia pada umumnya. Normal-normal saja. Ada ayah, ibu, kakak, saya dan adik.
Ayah sudah lama tiada, otomatis satu anggota keluarga hilang, dan tak mungkin kembali. Kakak pertama sudah ikut suaminya di belahan negeri yang lain. Sangat jarang sekali berkumpul dan bersua bersama keluarga. Tinggal Ibu, saya dan adik satu-satunya. Dan sepertinya hanya tiga itu yang merayakan lebaran di rumah pada tahun ini. Dan memang di situ kadang saya merasa sedih.
Oleh karena itu mengapa, bagi saya 'hadiah' yang paling berkesan di saat lebaran adalah bukan sesuatu hal yang baru, bagus atau apa. Bukan sesuatu hal yang mahal atau yang paling diinginkan untuk dimiliki. Melainkan waktu kebersamaan yang dulu pernah saya rasakan dan sekarang belum bisa saya rasakan kembali.
Kebersamaan keluarga adalah 'hadiah' lebaran yang paling berkesan bagi saya pribadi.