Berbicara mengenai momen lucu selama bulan Ramadhan, akan sangat banyak sekali cerita-cerita menggelikan yang bisa ditemukan dan diceritakan. Setiap tahun, setidaknya ada satu dua cerita lucu khas Ramadhan.
Pada kesempatan kali ini, saya ingin sedikit berbagi pengalaman masa kecil saya dulu di kampung halaman berkaitan dengan cerita lucu di bulan Ramadhan.
Saya lahir dan tumbuh di lingkungan yang bisa dikatakan cukup heterogen. Memang sebagian besar masyarakat di lingkungan saya beragama Islam, hanya saja mohon maaf, sebatas pelengkap di kolom KTP semata. Â Dan sebagian anggota masyarakat yang lain, menganut agama dan kepercayaan lain. Dan suatu hal yang patut disyukuri bahwa hingga saat ini belum pernah terjadi pertikaian yang disebabkan isu agama. Semoga tetap harmonis selalu.
Di kampung saya,di tiap Ramadhan, seperti di tempat lain, ada kegiatan rutin selama Ramadhan. Biasanya dimulai selepas Ashar, kemudian berlanjut hingga setelah tarawih. Selepas Ashar memang semua anak-anak diminta untuk datang ke masjid, untuk mengikuti pengajian Al Quran bersama-sama. Tapi ya namanya juga anak-anak, tetap saja ada satu dua bocah yang agak bandel dan susah diatur, dan salah satunya adalah saya.
Di suatu sore di bulan Ramadhan kala itu, yang biasanya saya dan teman-teman (kami ada 4 anak) pergi ke masjid untuk ikut pengajian, beralih haluan dan pergi ke sawah. Saat itu dalam pikir kami, main dulu sebentar, baru setelah itu menjelang buka puasa, baru balik ke masjid.
Tujuan kami datang ke sawah, tak lain dan tak bukan adalah bermain long bumbung. Bila coba di Indonesikan bisa berarti meriam bambu. Meriam bambu terbuat dari sebilah bambu yang keras, yang dibuat sedemikian rupa, dan memakai karbit untuk menyalakannya.
Biasanya dibuat menggunakan pring petung (bambu petung). Ini adalah salah jenis bambu yang secara kadar keras tidaknya lebih keras dari bambu biasanya. Tujuannya adalah agar ketika dibuat meriam tidak mudah jebol.
![Credit Image : galerianusa.blogspot.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/05/22/meriam-bambu-1-5b03e9db5e13732dc83b6f33.jpg?t=o&v=770)
Nah, sore itu kami memang sudah rencanakan untuk bermain meriam bambu tersebut. Kami sudah membuatnya sehari sebelumnya dari baru bisa diuji coba sore itu. Oleh sebab itu, kami rela bolos pengajian hanya untuk menguji coba 'rudal' terbaru kami.
Singkat cerita, kami cukup sukses membuat meriam bambu, dan suaranya cukup menggelegar. Seperti meriam sungguhan, itu dalam benak kami.
Saking, asyiknya bermain itu, hingga kami lupa waktu bahwa sudah saatnya kembali ke pengajian karena waktu berbuka sudah semakin dekat.