Cinta, merupakan permasalahan yang kompleks. Kadang kesal, kadang bahagia, terkadang putus asa. Bagi sebagian orang cinta berarti kebahagiaan, tapi bagi sebagian lainnya bisa jadi kutukan. Kutukan yang melekat dan terasa menyakitkan hanya dengan sebuah kalimat sederhana, “kapan nikah”. Masing-masing punya sudut pandang berbeda melihat cinta. Bagi mereka yang terdesak akan kebutuhan cinta, akan menganggap adanya cinta hanyalah sebuah kutukan. Tapi bagi mereka yang tengah jatuh cinta, dunia milik berdua orang lain hanya numpang.
Kalimat “kapan nikah” berevolusi dari sebuah pertanyaan menjadi sebuah sindiran, terutama bagi orang yang berusia di atas kepala dua. Semakin bertambah usia semakin bertambah kekhawatiran untuk segera berumah tangga. Ditambah lagi sahabat yang dulu besar bersama telah duluan berumah tangga, menimang anak dan terlihat bahagia bersama keluarga kecilnya akan semakin membuat iri.
Khawatir boleh, tapi jangan berlebihan. Tetaplah jadi pribadi yang mahal, bukan menjadi pengobral cinta. Bukan pula fakir cinta yang mengemis kesana kemari untuk dicintai. Jikalau kamu khawatir tak mampu menemukan cintamu, yakinlah salah satu di antara kalian tercipta dari bagian yang lainnya yang akan saling menemukan di saat yang tepat. Layaknya Hawa yang tercipta dari tulang rusuk Adam, kemudian terpisahkan di muka bumi, namun mereka tetaplah bertemu.
Sebagian orang berpikir jodoh harus dicari, sebagian yang lain hanya menunggu karena jodoh sudah ada yang mengatur. Mereka yang mencari cinta sering terlampau salah untuk mendahului takdir. Pada awalnya mereka yakin “dialah jodohku” tapi akhirnya keyakinan akan hilang seiring waktu berjalan yang menyelipkan rasa jenuh dan menampilkan wujud dari ego yang terpendam. Jodoh memang telah ditetapkan oleh Tuhan, tapi Dia tidak menyuruh hamba-Nya mencari sebelum tepat pada waktunya.
Kesalahan “waktu” dalam mencari hanya akan menjadikan cinta sebagai hal yang menyakitkan, putus cinta, patah hati, sakit hati. Alasan untuk mengenal lebih jauh hanya sebatas pelarian, justru semakin mengenal lebih dalam akan semakin terlihat kekurangan yang ada lalu menghadirkan rasa ragu dibalik bayangan tanpa adanya ikatan yang sah. Saat merasa gagal dengan cinta yang dicari, dengan mudahnya berkata “ini wajar, inilah masa-masa pencarian”. Janji-janji manis masa berpacaran tiada arti tanpa bukti, jutaan kata romantis hanya sebatas gombalan. Tiada kalimat seromantis apapun kecuali akad nikah yang disahuti dengan ucapan “sah”. Tiada janji semanis janji yang diucapkan dihadapan penghulu yang disaksikan oleh para Malaikat.
Hampir setiap orang khawatir tidak mendapatkan jodoh yang sempurna, padahal jika diri sendiri bercermin tiadalah hal yang sempurna dalam diri manusia. Ketimbang sibuk mencari yang sempurna, kenapa tidak berusaha untuk menyempurnakan diri. Jikalau kesempurnaan yang dicari hanyalah sebatas fisik, tak akan abadi hingga nanti tua. Jika harta adalah nilai dari kesempurnaan, tak selamanya kebahagiaan bisa dibeli. Yakinlah bahwa orang yang baik akan berjodoh dengan orang yang baik pula, dan sebuah ikatan bukanlah aku yang sempurna untuk dia yang sempurna, tapi kekuranganku dan kekuranganmu menjadikan kita satu untuk saling menyempurnakan.
Cinta adalah penyempurna bagi insan yang saling melengkapi. Tapi cinta juga berarti kesialan bagi insan yang patah hati. Cinta melukiskan sejuta harapan dimasa mendatang, tapi cinta juga menjadi bayangan kelam di masa lalu yang sulit terlupakan. Cinta terasa manis bagi yang menikmati tapi terasa pahit bagi yang tersakiti. Tapi, dari sudut manapun mereka memandang, tak akan pernah jera seseorang untuk tetap jatuh cinta. Karena cinta ibarat oase di gurun yang luas, yang mampu menghilangkan dahaga dan menjadi tempat berteduh.
Percintaan menjadi hal yang tak akan pernah terlepaskan dari kehidupan manusia, karena cinta sudah menjadi kebutuhan. Saat kamu ingin maka perjuangkan, saat kamu mendapatkan maka pertahankan, dan saat kamu jenuh ingat kembali saat kamu memperjuangkannya dulu. Karena yang hilang tak selalu bisa kembali seperti yang dulu.
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk, ia tidak bisa lurus untukmu di atas satu jalan. Bila engkau ingin bernikmat-nikmat dengannya maka engkau bisa bernikmat-nikmat dengannya namun padanya ada kebengkokan. Jika engkau memaksa untuk meluruskannya, engkau akan memecahkannya. Dan pecahnya adalah talaknya.”
Yakinlah Tuhan punya rencana yang lebih baik, Dia tak akan menempatkan hatimu di tempat yang salah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H