Kemajuan teknologi komunikasi menjadikan informasi menjadi barang yang mudah didapatkan. Inforamasi dapat diterima di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Arus informasi yang bergerak begitu cepat menuntut penyedia berita untuk memprioritaskan aktualitas agar dapat bersaing di bisnis media. Aktualitas menjadi salah satu kunci untuk memenangkan persaingan di bisnis peyediaan informasi dan berita.
Urgensi aktulitas pada tulisan yang beruta berita tidaklah berlaku untuk jenis-jenis tulisan yang lain.
Beberapa esay yang ditulis dua dasawarsa yang lalu masih sangat relevan dan kontekstual untuk kondisi yang terjadi saat ini. Permasalahan sosial, kebudayaan, agama, dan beberapa masalah kemasyarakatan lainnya masih begitu hangat untuk dapat dibaca, dipahami, atau bahkan dijadikan referensi untuk memecahkan beragam persolan masa kini.
Mengacu pada satu kasus di atas walaupun tidak dapat dijadikan kesimpulan, paling tidak dapat dikatakan bahwa menulis dan mempublikasikan tulisan tidak melulu harus yang benar-benar baru terjadi, harus kekinian, harus aktual.
Mengingat sering terjadinya loncatan-loncatan listrik pada sistem saraf pusat manusia yang menyebabkan ide menulis timbul tenggelam. Maka menjadi hal yang wajar jika sejenak mengabaikan aktualitas topik tulisan. Gagasan-gagasan tentang kegiatan selama Ramadhan yang baru muncul setelah Idhul Fitri bisa saja dijadikan tulisan dan dipublikasikan tanpa harus menunggu Ramadhan tahun berikutnya, seperti itu misalnya.
Mengabaikan aktualitas bukan merupakan bentuk pembelaan atas kemalasan menulis sesegera mungkin ataupun kelambanan dalam menangkap dan peka terhadap fenomena yang terjadi. Mengabaikan aktualitas merupakan bentuk ekspresi menolak lupa. Merupakan bentuk repetisi dari apa yang sebelumnya telah terjadi dan dibahas.
Repetisi tidak melulu hanya mengulang yang sudah ada melainkan bisa juga penambahan dan pengurangan yang sebelumnya. Perbaikan atas apa yang sebelumnya kurang tepat.
Mungkin memang suatu kesalahan ketika tidak menuliskan hal yang tidak kekinian. Namun, kesalahan lebih besar ketika tidak menghasilkan dan mempublikasikan satupun tulisan dengan dalih sudah tidak lagi aktual.
Tulis, publikasikan, dan biarlah orang lain yang menilai. Setidakaktual apapun pasti bisa memberikan manfaat. Paling tidak manfaat untuk diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H