Mohon tunggu...
Arif Meftah Hidayat
Arif Meftah Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Buruh Pabrik

Dengan atau tanpa saya menulis, dunia juga tidak akan berubah

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Memanfaatkan dan Memperlakukan Tanah secara Bijaksana

6 Desember 2014   04:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:56 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel


“Dari tanah yang baik keluarlah daripadanya tanaman yang subur dengan seizin Tuhannya. Tetapi dari tanah yang buruk hanya keluar tanaman yang merana daripadanya. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kebesaran Kami) kepada kaum yang bersyukur”

Dari Qur’an surat Al A’raf ayat 58 tersebut sudah jelas tentang pentingnya tanah bagi seluruh kehidupan di muka bumi. Kenapa di muka bumi? Kenapa tidak spesifik dan sebatas pada manusia? Hal ini karena tanah bukan hanya sebatas hamparan tempat manusia hidup di atasnya. Lebih dari itu, tanah merupakan media, tempat hidup, dan sumber kehidupan bagi hampir seluruh kehidupan di muka bumi. Berapa banyak binatang yang mendapatkan makanan dari apa yang berada di dalam tanah. Berapa banyak jenis tumbuhan yang bahkan hidupnya hanya akan berlangsung ketika ada tanah?

Bagi manusia sendiri, tanah merupakan sumber kehidupan sekaligus sumber penghidupan yang tidak bisa digantikan oleh apapun. Makanan, mulai dari makanan pokok seperti beras, gandum, jagung, dan kentang sampai dengan makanan peghasil vitamin dan mineral seperti buah dan sayuran, dapatkan digantikan dengan bahan sintetis yang bersumber dari selain tanah? Dapatkah air yang berada di permukaan tanah memenuhi semua kebutuhan air segala makhluk atau setidaknya manusia yang ada di bumi? Jawabannya tentu saja “belum” atau bahkan “tidak”. Bahan-bahan sintetis belum bisa menggantikan tanaman-tanaman sebagai penghasil pangan. Air dari dalam tanah masih dibutuhkan dalam jumlah yang besar untuk memenuhi kebutuhan semua makhluk atau setidaknya manusia yang ada di bumi.

Hanya berdasar dua sisi tersebut sudah dapat disimpulkan betapa pentingnya tanah bagi kehidupan kita semua. Betapa tidak tergantikannya tanah dalam mendukung segala segala kegiatan dan aktivitas yang kita lakukan. Dan yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah, sudahkah kita memperlakukan dan memanfaatkan tanah sebagaimana mestinya? Sudahkah kita memberikan balasan jasa kepada tanah atas segala bentuk kehidupan dan penghidupan yang diberikan kepada kita?

Pada dasarnya, tanah juga seperti makhluk yang lain yang juga membutuhkan perlakuan-perlakuan agar tetap melakukan fungsinya dengan baik. Tanah membutuhkan unsur-unsur hara untuk dapat mendukung tersedianya nutrisi bagi tanaman. Tanah juga membutuhkan tekstur dan struktur yang baik untuk dapat menopang tegaknya batang dan menjaga ketersediaan air. Lalu bagaiman dengan tanah yang tidak memiliki cukup kesuburan? Tidak cukup baik dalam memegang dan menjaga ketersediaan air?

Intinya, terdapat berbagai jenis tanah dengan segala karakteristik dan ciri yang dimiliki. Karakter dan ciri yang dimiliki sesungguhnya menggambarkan untuk penggunaan apa tanah itu sebaiknya dipakai. Tanah yang subur tentunya berbeda penggunaan dengan tanah yang kurang subur. Tanah yang berada di lahan-lahan miring pun juga sudah seharusnya dibedakan penggunaannya dengan tanah di lahan datar. Dan inilah salah satu bentuk kebijaksanaan dalam memanfaatkan tanah.

Dalam kenyataannya, kebijaksanaan dalam memanfaatkan dan memperlakukan tanah itu masih minim atau bahkan tidak ada. Melihat dari sisi pemanfaatan, tentunya kita banyak melihat tanah-tanah subur di Pulau Jawa yang dijadikan pemukiman. Tanah-tanah penghasil sumber pangan optimal telah berubah pemanfaatan menjadi bangunan-bangunan perumahan. Tanah-tanah miring yang seharunya dimanfaatkan sebagai hutan konservasi telah berubah pemanfaatnnya menjadi lahan-lahan pertanian. Dampak utama dari bergesernya penggunaan tanah tersebut dintaranya adalah pertanian yang berpindah ke daerah kurang subur sehingga hasilnya kurang optimal dan seringnya terjadi banjir dan tanah longsor di daerah-daerah pegunungan yang miring.

Ketidakbijaksanaan juga terjadi dari sisi perlakuan terhadap tanah. Untuk mendukung pertumbuhan tanaman, tanah tidak hanya mmebutuhkan kesuburan, tetapi juga membutuhkan kesehatan. Tanah yang sehat adalah tanah yang didalamnya mengandung bahan-bahan organik dan mikroorganisme-mikroorganisme yang menjaga dinamika-dinamika yang terjadi di dalam tanah. Yang terjadi adalah tanah dipacu untuk subur dengan pemberian masukan-masukan kimia sintesis tanpa memperhatikan masukan bahan organik dan mikroorganisme. Contoh yang lain adalah tertutupnya permukaan-permukaan tanah oleh beton-beton bangunan. Akibat dari dua ketidakbijaksanaan tersebut adalah produksi tanaman yang semakin menurun dan seringnya terjadi kekeringan dan banjir karena tanah tidak mampu menahan air di dalam tubuhnya.

Lalu apa yang seharusnya dilakukan?

Jawabannya cukup jelas, kita harus memperlakukan dan memanfaatkan tanah secara bijaksana. Pemanfaatan tanah secara bijaksana tentunya harus didukung oleh pemerintah. Pemerintah, dari departemen-departemen terkait bahkan dari mahasiswa tentunya memiliki peta potensi penggunaan suatu lahan. Perlu diberlakukan aturan-aturan yang baku terkait penggunaan suatu tanah. Sebagai contoh, tanah yang subur hanya untuk digunakan sebagai lahan pertanian, dan tanah yang miring hanya boleh digunakan sebagai lahan konservasi.

Dari sisi perlakuan, terdapat beberapa hal yang kita sendiri secara sederhana dapat melakukannya dengan bijaksana. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah membuat lubang-lubang biopori agar tanah dapat menjalankan fungsinya sebagai pemegang air. Membenamkan sampah-sampah organik ke dalam tanah untuk menambah bahan organik sekaligus memberikan makanan untuk mikroorganisme yang berguna bagi tanah. Dan tentunya tidak sembarangan membuang limbah detergen ke dalam tanah.

Dengan banyaknya fungsi tanah, sudah seharunya kita berlaku bijaksana terhadap tanah.

#selamat hari tanah sedunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun