Kemungkinan pertama, aku sudah terinfeksi virus sebelum vaksin. Ketika vaksin diinjeksikan ke dalam tubuh, baru virusnya beraksi dan menimbulkan gejala kepada tubuh. Alasan kedua, jika memang vaksin menyebabkan orang menjadi positif covid, maka pasti seluruh program vaksinasi telah dihentikan.Â
Mungkin memang benar ada orang yang mual, muntah, bahkan ada yang pingsan pasca vaksinasi, tapi bukankah itu hal yang wajar? Toh setiap orang memiliki daya tahan dan reaksi masing-masing terhadap vaksinasi.
Tiga bulan berselang, aku melanjutkan vaksin dosis kedua. Semua berjalan lancar. Pasca vaksinasi sama sekali tidak ada gejala apapun. Pasca vaksinasi aku bisa bekerjsa seperti biasa tanpa merasakan gangguan apapun. Ya semakin mempertegas bahwa vaksinasi tidak membawa pengaruh buruk apapun (setidaknya untuk tubuhku sendiri).
Sekarang ada vaksin booster untuk "memperkuat" vaksin yang sudah lebih dahulu diinjeksikan. Kalau ada kesempatan, tanpa berpikir panjang aku akan mengikuti programnya. Toh para ahli dan pakar dunia telah merekomendasikan penambahan vaksinasi ini (vaksin booster). Dan sampai sekarang aku masih percaya kepada yang memang ahlinya dibandingkan informasi-informasi yang tidak jelas sumbernya.
Seperti Sabda Nabi, "Jika urusan tidak diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu".
Ya, aku hanya ingin hidup normal seperti biasa. Bukan hidup bebas tanpa protokol-protokol, tetapi hidup ketika anak-anak bisa bersekolah dan bersosialisasi dengan normal, ketika bersilaturahmi tidak hanya bisa dilakukan secara online. Ketika bersosialisasi dengan sebenar-benar bisa melihat ekspresi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H