Mohon tunggu...
Arif Meftah Hidayat
Arif Meftah Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Buruh Pabrik

Dengan atau tanpa saya menulis, dunia juga tidak akan berubah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cermin | Dialog Aku: Profesionalisme (1)

19 Oktober 2017   05:40 Diperbarui: 19 Oktober 2017   05:53 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku masih disini. Dalam ruangan di sebuah gedung menjulang. Entah berapa daya listrik yang digunakan untuk mengkondisikan ruangan ini sehingga jauh lebih nyaman dari yang di luaran sana. Heran aku dengan manusia-manusia tropis yang lahir dan tumbuh di tempat panas namun menuntut kenyamanan dengan harus berada di ruangan sedingin ini. 

Perlukah sedingin ini? Entahlah! Mungkin memang ruangan sedingin ini perlu disediakan untuk mendinginkan pikiran mereka yang selalu panas. Bukan panas emosional melainkan panas dikejar target dan deadline.

Aku masih disini, melihat mereka bekerja sampai larutnya. Sedikit bermuka masam, namun tanpa umpatan dan kekecewaan mendalam meskipun tak ada uang lembur sepeserpu yang mereka terima. 

Dedikasi dan loyalitas melebihi cinta mereka pada keluarga sendiri?

Aku juga tidak tahu. Terlalu dini menyimpulkan sesuatu yang aku hanya melihatnya dari luar. Dari sudut pandangku tanpa sedikitpun mendengarkan dari sisi mereka yang melakukan. Pasti banyak latar belakang dan penjelasan-pejelasan.

Aku masih disini. Saat bagian Human Resource menegur atau lebih tepatnya memberi peringatan kepada mereka. Sebuah peringatan karena mereka tidak datang sebelum waktu masuk yang telah ditetapkan. Hari ini mereka memang datang 45 menit lebih siang dari biasanya. Datang 30 menit setelah waktu masuk yang ditetetapkan.

"Tidak Profesional! Bagaimana perusahaan bisa maju kalau karyawannya tidak disiplin waktu seperti ini?", ucap Human Resource pada mereka. Mungkin lebih tepatnya bentakan karena saking nyaringnya. Sampai aku yang berdiri jauh dari kejadian bisa mendengar semuanya.

"Mohon maaf sebelumnya Pak. Sudah kami jelaskan semuanya soal kenapa kami terlambat. Kami kesiangan karena semalem hampir tengah malam kami baru pulang dari tempat ini Pak. Karena semalem kami menyelesaikan tugas dari atasan kami Pak. Kami profesional Pak. Kami lembur dengan hanya mendapat predikat karyawan loyal Pak. Dan itu sudah cukup untuk kami", cukup lembut kalimat tersebut diucapkan.

"Tidak Profesional! Kalian tidak profesional"

Aku masih disini, saat sampai siang ini mereka sudah tidak lagi kujumpai. Menurut informasi, mereka sudah tidak lagi bekerja disini. Menurut informasi, mereka berhenti karena dicap tidak profesioanal. Mereka merasa telah gagal menjadi manusia profesional. Gagal menjadi profesional adalah sama dengan gagal dalam pekerjaan. Pekerjaan adalah profesi dan bekerja haruslah profesional.

Aku masih disini. Memikirkan dan belajar mempraktikkan profesionalisme agar aku bisa bekerja lebih lama. lebih bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun