Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... -

hanya menyampaikan uneg2

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Tidak Pintar?

17 September 2012   19:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:19 2359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

menyimak acara debat metro tv kemaren, ada yang bilang kalau Jokowi telah menunjukkan kebodohannya, terutama pada saat tema reformasi birokrasi. Saya agak risih dengan pernyataan tersebut. Jika pintar itu dialamatkan pada orang yang mampu berbicara dengan struktur kata yang rapi dipadu dengan bahasa “ilmiah” saya kira Foke dan Ahok lah orang nya, dan Jokowi tidak mempunyai itu. Jokowi berbicara dengan bahasa lapangan, mengkaitkan apa yang disampaikannya dengan sesuatu yg ilmiah sebenarnya sangat mudah jika kita terbiasa dengan gaya bahasanya Jokowi. Contohnya, masalah reformasi birokrasi yang ditanyakan oleh mc pada Jokowi, derivasinya adalah efisiensi salah satu caranya pengecilan jumlah pegawai, jokowi setuju hal tersebut, beliau bahkan menambahkan bahwa pns itu pinter-pinter, hanya saja banyak yang masih belum fokus pada apa yang dikerjakannya secara profesional,dan jokowi juga menekankan pada tingkat pelayanan yang dimulai dari pns yang selalu berinteraksi pada warga (bahasanya foke frontliner). dalam hal ini apa yang disampaikan jokowi sejalan dengan teori reformasi birokrasi pada aspek peningkatan SDM dan 3 perangkat ketatalaksanaan.

Ketika ditanya urgensi nya pengecilan jumlah pegawai ini pada tujuan akhir, beliau setuju, namun sistem lah yang memegang peran utama (kira2 seperti itu yg saya ingat). Jawaban beliau itu juga ada dalam teori reformasi birokrasi, dimana perlunya efisiensi, efektifitas dan clean government untuk tujuan perubahan pola pikir, budaya kerja dan perilaku. Sistem yang dia maksud adalah sampainya langkah-langkah tadi kepada tujuan akhirnya, yaitu amanah konstitusi bangsa ini.

Ketika pertanyaan yang sama diutarakan ke Foke, sebenarnya hanyalah pengulangan dari apa yang disampaikan oleh Jokowi. Foke bilang yang pertama kalau tidak salah pelaksanaan reformasi birokrasi, kedua adalah perbaikan pelayanan frontliner pada warga, lah ini kan hanya mengulang apa yang disampaikan Jokowi sebelumnya, namun hanya struktur kata foke lebih keliatan “ilmiah” saja.

Untuk soal analogi yang disampaikan jokowi seperti adanya suatu kelurahan yang berjumlah 40 orang, jika 20 orang saja mempunyai hasil yang sama dengan 40 orang, maka itu harus dikecilkan menjadi 20. Dalam hal ini tidak ada yang salah, bahkan yang disampaikannya pun ilmiah, masuk pada wilayah efisiensi dalam reformasi birokasi. Dalam ilmu ekonomi juga ada teorinya bahwa menggunakan tenaga kerja yang melebihi tingkat kebutuhannya justru malah menurunkan outputnya (saya lupa istilahnya). Kelurahan yang jokowi sampaikan itu bukan kelurahan yang ada di jakarta,tapi kata kelurahan itu berfungsi sebagai analogi. kenapa foke malah menanyakan bukti nya? analogi itu kan perumpamaan.

Begitu juga ketika beliau menjawab pertanyaan tentang bagaimana mewujudkan transportasi massa terpadu dengan otoritasnya sebagai gubernur yang harus bersinggungan dengan pemerintah pusat, DPRD, dan Walikota, hanya satu kata, yaitu komunikasi. Jika otoritas itu bersinggungan dengan orang-orang yang juga punya otoritas di "wilayah kerja nya" maka komunikasi politik merupakan titik tekan yang tepat untuk penyelesaiannya. Hal itu bisa berhasil karena para pemegang otoritas tersebut pada akhirnya harus tunduk dengan mengedepankan kepentingan bersama.

salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun