Mohon tunggu...
Arif Maulana
Arif Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Aktif jurusan Hubungan Internasional semester 7 dari Universitas Teknologi Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Invasi Russia terhadap Ukraina Melalui Prespektif Neo-Realisme

17 November 2022   01:57 Diperbarui: 17 November 2022   02:10 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Neo-Realisme biasanya disebut dengan realisme struktural yang berdasarkan dari salah satu ilmu teori klasik Hubungan Internasional yaitu Realisme. Neo-realisme dicetuskan pertama kali oleh Kenneth Waltz di tahun 1979 sebagai bentuk kritik terhadap teori realisme,  pada dasarnya Realisme dan Neo-realisme memiliki pandangan yang sama terkait dengan aktor utama dalam hubungan internasional yaitu adalah negara.

Selain kesamaan dari kedua pandangan itu, ada beberapa perbedaan pandangan pemikiran. Teori realisme, berfokus pada sifat dasar manusia yang bersifat anarkis yang menyebabkan negara diatur oleh sifat dasar anarkis manusia dan negara bertindak anarkis layaknya sifat manusia itu sendiri. 

Sedangkan teori neo-realisme lebih berfokus pada sistem internasional sebagai respon bagaimana negara bertindak, sehingga lebih terstruktur ketimbang teori realis. Neo-realis juga terbagi menjadi dua jenis pemikiran, yaitu defensive dan offensive realism.

Defensive neo-realism meningkatkan kekuatan militernya secukupnya untuk menciptakan balance of power antar negara, karena jika peningkatan kekuatan militer yang berlebihan akan menyebabkan negara lain merasa terancam sehingga berpotensi menimbulkan konflik antar kedua negara, sekaligus dengan peningkatan kekuatan militer yang seimbang akan memicu pembentukan aliansi antar negara dalam bersama sama melindungi keamanan negaranya masing masing.

Sedangkan offensive neo-realisme lebih kearah agresif karena menganggap dengan adanya pertumbuhan kekuatan militer yang berlebihan akan memaksimalkan keamanan dan pertahanan negara terlepas dengan negara lain merasa terancam atau tidak, sehingga negara memaksimalkan kekuatan militer untuk meraih hegemoni militer regional yang stabil.

Teori Neo-realisme merupakan penyempurna dari teori klasik realisme, dengan adanya neo-realis ini negara tidak lagi bertindak anarkis dan tidak terstruktur dalam sistem internasional, karena realis hanya mengejar power tanpa adanya batasan sebagai jaminan keamanan negara itu sendiri dengan mengejar akumulasi power yang terhitung berlebihan sehingga menyebabkan konflik yang dapat merugikan negara itu sendiri.

Berbeda dengan Neo-realis yang lebih mementingkan untuk merespon tindakan dari sistem internasional, sehingga mengakumulasi power secara tidak berlebihan dan meningkatkan kemanan militer secukupnya untuk menghindari adanya konflik dengan negara lain, bahkan neo-realis lebih menerapkan dalam memilih neo-realis defensive atau neo-realism offensive sebagai respon utama dalam sistem internasional, hal inilah yang menyebabkan terjadinya invasi Russia terhadap Ukraina, karena Russia merasa terancam apabila Ukraina memilih untuk bergabung dengan NATO karena dapat mengancam territorial ibu kota Russia Moscow yang berdekatan dengan Ukraina, sehingga Russia merespon tindakan Ukrania melalui invasi militer untuk melindungi keamanan nasionalnya.

Konflik antara Russia dan Ukraina sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 2014, pada kala itu presiden Ukraina menentang supremasi Russia di wilayahnya sehingga menyebabkan banyaknya korban berjatuhan di wilayah Krimea saat itu, dan mayoritas korban merupakan warga keturunan Russia. 

Dengan terjadinya konflik tersebut, presiden Putin marah dan mulai melakukan aneksasi kawasan Krimea dari genggaman Ukraina, aneksasi dilakukan disaat presiden Ukraina saat itu Yanukovych lengser dari jabatannya. 

Setelah itu Putin juga mendukung kelompok separatis di Ukraina bagian timur yaitu Donetsk dan Luhansk untuk menentang pemerintahan Ukraina dan memicu perang regional pada saat itu.

Konflik Kembali memanas pada bulan November 2021 ketika Russia menempatkan 190.000 pasukan di sepanjang perbatasan Russia-Ukraina, hal tersebut terjadi karena adanya isu akan bergabungnya Ukraina ke NATO yang dimana jika Ukraina bergabung dengan NATO maka akan menyebabkan security dilemma oleh pihak Russia karena ibu kota Moscow berdekatan dengan perbatasan Ukraina sehingga Russia merasa terancam dengan bergabungnya Ukraina ke dalam NATO, Putin juga memberi peringatan kepada Zelensky untuk tidak bergabung dengan NATO karena akan menyebabkan konflik yang berkelanjutan, namun Zelensky tetap saja kekeh ingin bergabung dengan NATO dan menyebabkan Russia mengeluarkan solusi akhir untuk menghentikan ancaman nasionalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun