Mohon tunggu...
Arif Maulana
Arif Maulana Mohon Tunggu... Penulis

Melihat Dari Bawah

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Walau Bagaimana pun, Kita akan Pulang dan Bersemayam

29 Januari 2024   18:07 Diperbarui: 29 Januari 2024   18:13 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah rintik pertama dalam masa lalu.

Aku sudah menuju banyak lorong dalam keramian, dalam keributan maupun mata-mata yang memandang tajam masa depan. Ku perhatikan satu persatu raut wajah mereka, diam dan bercerita bahkan ada yang tertawa-tawa serta mereka yang sama sekali tak perduli. Ku tarik nafas ku panjang, mengatur setiap barisan kata, kucari kalimat pembuka dan ya... tidak ada hening dan perhatian.

Wajar saja pikir ku sebagai pemula, sebagai anak yang asing dari semua bentuk yang lama, mereka baru, benar-benar baru, sebuah generasi dengan ketersediaan zaman tanpa memiliki rasa perduli, dan yang ku tawarkan adalah masa lalu.

Pekat hati ku, ingin ku langkahkan kaki ku keluar melangkah ke pintu, ingin ku tinggalkan manusia-manusia batu ini. Tapi apalah daya dan keterasingan ku.. semakin ku jauhkan akal ku kepada mereka, semakin asing pulah la aku dalam dunia..

Anak-anak yang tak punya jalan untuk melihat masa depan, sementara mereka tak perduli masa lampau, ya... sebab itulah kita mulai belajar sejarah, yang rumit dan penuh derita.

Apa yang kita baca dari sejarah adalah semua kisah penderitaam manusia. Pembantaian, luka penjajahan, perang, politik dan kebohongan. Semua kerumitan itu tak akan pernah tersedia dalam rumah anak anak ini, mereka tidak hanya menghiraukan sejarah sebagai sebuah hal yang tidak mereka senangi, lebih buruk dari ini, mereka menginginkan masa depan yang baik tanpa mau membaca apapun.

Luka pilu yang payah di sembuhkan bagi seorang asing seperti ku, penderitaan terbesar manusia bukan pada sejarah mereka terjajah, namun bagaimana memilih untuk tidak membaca sejarah. Itu yang terjadi pada masa depan kita.

Tahun 2024 adalah tahun dengan penuh penipuan, kata-kata busuk yang di bungkus dalan manisnya janji, kebanyakan manusia tertipu dengan sosok yang menyajikan sebuah kesejahteraan di meja diskusi, namun sebagai generasi yang tak membaca masa depan kita tetap menderita.

Lebih pahit dari itu, kita justru saling hina menghina sebab pilihan pemimpin, kita yakin pilihan kita yang paling bersih, seolah-olah ketika pilihan kita menang masalah negara akan hilang...

Tidak, tidak, tidak.... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun