Mohon tunggu...
Arif Maulana
Arif Maulana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Melihat Dari Bawah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mereka yang Terbunuh Tanpa Terluka

26 Oktober 2021   11:11 Diperbarui: 26 Oktober 2021   11:21 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.

Soe Hok Gie.

Saya mulai langkah pena kali ini dengan sebuah kutipan dari Gie, sosok anak muda yang rasa-rasanya tidak akan lahir kembali ke generasi ini sebagai sebuah perinsip seorang pemuda, jikapun orang-orang membaca gie itu hanya sekedar membaca, perihal apakah mereka siap hidup seperti gie?  Rasanya sangat mustahil, tidak ada keberanian atas itu atau mungkin puncak tertinggi dalam membaca gie adalah mengaguminya, mengutip kalimatnya untuk sebuah pidato atau sebuah tulisan seperti yang saat ini saya lakukan.

Jika anda memberi tafsir yang paling radikal terhadap kata gie "nasib terbaik adalah tidak dilahirkan" maka yang anda akan temukan adalah pengertian bahwa kita tidak akan mengalami hidupan dengan segala kecemasan kita, bagaimana tidak, jika seandainya hidup kita adalah sebuah formalitas saja, maka tidak akan mengerti makna pernyataan ini. Ada banyak kemungkinan kita memilih mati saja dalam gangguan kehidupan yang begitu kompleks, dan yang paling sering terjadi adalah gangguan terhadap fakta atau realita kita saat hidup.

Mungkin pembahasan ini begitu mengerikan ditengah-tengah hegemoni materialisme kehidupan, apalagi dikalangan pemuda. pemuda sekarang dihadapkan kepada gaya hidup yang lebih condong kepada satu prinsip tentang popularitas, sebuahkarya, eksistensi, uang, dan lain sebagainya.

Membahas kematian ditengah-tengah hegemoni seperti itu adalah asing, kumuh, dianggap tidak memiliki tujuan hidup, bahkan dianggap gila, tapi kenyataan yang harus kita terima tujuan hidup yang paling akhir di dunia ini adalah kematian, tidak ada lain, maka sambung gie "bahagialah mereka yang mati muda", sebab pada kenyataan bahwa kita tidak akan menemui realita yang bisa saja lebih membunuh dan menderita dari kehidupan dari pada kematian yang dianggap hal yang paling ditakuti banyak orang, ya..  Kematian sangat ditakuti sebagai sebuah kepastian.

Sementara itu, ketika kita terus merenungi mengenai kematian atau bahkan mengkajinya justru kematian adalah satu anugerah terpenting dalam hidup, anda bisa bayangkan manusia yang berusia 100 tahun, seperti apa kondisinya dan hal apa yang ingin dia tuju? 

Tentulah tidak lain adalah kematian, bahkan dalam sebuah dialog antara nabi Ibrahim AS dengan malaikat yang di utus Allah SWT untuk menjemput ruh Ibrahim, maka Ibrahim mempertanyakan hal itu kepada malaikat. Nabi Ibrahim yang mendapatkan julukan sebagai kekasih Allah itu mengatakan kepada malaikat: "wahai malaikat, pernahkah kau melihat seorang kekasih ingin membunuh kekasihnya?" mendengar pertanyaan itu, maka malaikat pun menyampaikan nya kepada Allah SWT. 

Maka Allah pun menjawab " katakan kepada ibrahim, adakah seorang kekasih yang tak ingin berjumpa dengan kekasih nya". Setelah pesan itu disampaikan kepada nabi Ibrahim barulah dia sadar, bahwa kematian merupakan pertemuan kepada sang pencipta sebagai sebuah anugrah. Kematian memanglah anugrah, begitu sebuah judul buku yang di tulis prof Muhammad Quraish Shihab, "kematian adalah anugerah".

Jadi rasanya bahwa satu tulisan tentang kematian bukanlah keterasingan, orang ingin menulis hal tersebut sebagai dasar dan sadar bahwa potensi kenyataan dalam akhir dunia bagi semua makhluk adalah kematian, bukan karena dia ingin cepat mati, namun kematian adalah pelajaran yang tak boleh ditinggalkan.

Ini adalah tulisan tentang beberapa yang ingin saya angkat mengenai kematian, mereka yang mati dalam sebuah makna, dalam sebuah tindakan, dalam hukuman perlawanan dalam keterasingan dan kesunyian dalam hal yang tak pernah mereka sesali. Ini adalah sebuah penghantar dari sebuah tulisan: "Mereka yang terbunuh tanpa terluka"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun