Yogyakarta,22 Desember 2015 –  Gerakan Gender Tranformatif ( GerGeT ) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII ) Komisariat pondok Sahabat Universitas Islam Negeri ( UIN ) Sunan Kalijaga Yogyakarta kembali menunjukan eksistensinya melalui peringatan Hari Ibu Nasional, 22 Desember 2015.Bersama masyarakat Yogyakarta untuk mengingat dan merasakan kembali sentuhan  kasih dari perempuan – perempuan tangguh yang sering di panggil ibu.
Puluhan mahasiswa dari Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII ) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta turun ke pertigaan UIN untuk memperingati Hari Ibu Nasional.Mahasiswa menyerukan bahwa selama ini masih sering terjadinya terjadi kekerasan terhadap kaum perempuan,dalam lingkup keluarga adalah kepada Ibu.Begitu juga Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Gender Tranformatif ( GerGeT ) PMII Pondok Sahabat juga menyuarakan kesetaraan gender.
Jargon “ Kesetaraan Gender “ sering digemakan oleh para aktivis pergerakan,kaum perempuan hingga para politikus Indonesia.Kesadaran kaum perempuan akan kesetaraan gender semakin meningkat seraya mereka terus menuntut hak yang sama dengan laki – laki.Kesetaraan gender merupakan salah satu hak asasi kita sebagai manusia.Hak untuk hidup secara terhormat,bebas dari rasa ketakutan dan bebas menentukan pilihan hidup tidak hanya diperuntukan bagi para laki – laki,perempuan pun  mempunyai hak yang sama pada hakikatnya.Sayangnya sampai saat in,perempuan seringkali dianggap lemah dan hanya menjadi sosok pelengkap.Terlebih lagi adanya pola pikir bahwa peran perempuan hanya sebatas bekerja di dapur,sumur,mengurus keluarga dan anak,sehingga pada akhirnya hal di luar itu menjadi tidak penting.
Sosok perempuan yang berprestasi dan bisa menyeimbangkan antara keluarga dan karir menjadi sangat langka ditemukan.Perempuan seringkali takut untuk berkarir karena tuntutan peranya sebagai ibu rumah tangga.
Legalitas Hari Ibu di peroleh pasca dikeluarkanya Dekrit Presiden Soekarno No.316 tahun 1959 sebagai hari kramat mengenang semangat dan para perjuangan para perempuan yang berjuang memperbaiki kualitas bangsa dalam forum kongres 1 Perempuan 22 – 23 Desember 1928 di Yogyakarta.Di masa lalu,pejuang perempuan berpartner dengan pejuang laki – laki demi misi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan darah dan air mata.Begitu besar penghormatan Bangsa ini untuk sosok seorang Ibu yang telah melahirkan tunas – tunas bangsa.Hari ini perjuangan perempuan “ Ibu “ adalah meneruskan perjuangan founding mother,R.A Kartini,Christina,Walanda Maramis untuk mendidik dan menyiapkan putra – putri yang siap mengabdi pada agama dan bangsa Indonesia dalm segala sektor publik.
Dalam aksi damai hari ibu yang di adakan PMII Komisariat Pondok Sahabat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta juga melakukan penggalangan dana.Penggalangan dana ini bertujuan untuk kegiatan Sekolah Perempuan pada bulan februari mendatang.
Aksi damai GreGeT yang di ikuti puluhan peserta menyampaikan pesan agar seluruh rakyat Indonesia menyanyangi dan mengasihi ibu.Selain itu,agar bisa mengirimkan doa baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.
Khefti Al Mawalia mengungkapkan,aksi damai dari Gerakan Gender Transformatif ( GreGeT ) PMII UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam Hari Ibu Nasional sebagai bentuk berapa pentingnya peranan seorang Ibu yang selama ini masih di anggap sebelah mata.Dalam refleksinya perjuangan perempuan “ Ibu “ sudah ada sejak lama,termasuk pada zaman kemerdekaan.Di Masa lalu pejuang perempuan berpartner dengan pejuang – pejuang laki – laki demi misi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan darah dan air mata.Jadi sudah selayaknya di jadikan sebagai momentum memperkuat kaum perempuan.
Ibu merupakan pihak pertama yang berperan pada pendidikan anak di usia dini,sehingga kaum perempuan harus lebih maju dan lebih baik dalam hal perlindungan dan penyetaraan hak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H